Kamis, 07 September 2017

TEMPAT ROH-ROH DALAM BADAN



Tempat roh manusia, roh kehidupan, di dalam badan ialah dada. Tempat ini berhubung dengan pancaindera. Urusan atau bidangnya ialah agama. Pekerjaannya ialah mentaati perintah Allah. Dengan peraturan-peraturan yang ditentukan-Nya, Allah memelihara dunia nyata ini dengan teratur dan harmoni. Roh itu bertindak menurut kewajiban yang ditentukan oleh Allah, tidak menganggap perbuatannya sebagai perbuatannya sendiri karena dia tidak berpisah dengan Allah. Perbuatannya dari Allah; tidak ada perpisahan di antara ‘aku’ dengan Allah di dalam tindakan dan ketaatannya.
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya.”
(Surah Kahfi, ayat 110).
 Allah adalah esa dan Dia mencintai yang satu. Dia mau semua penyembahan dan semua amal kebaikan, yang Dia anggap sebagai pengabdian kepada-Nya, menjadi milik-Nya semata-mata, tidak diduakan dengan apa saja.  Jadi, seseorang harus tulus dan ikhlas dalam pengabdiannya kepada Tuhannya, dan juga amalannya bukan untuk kepentingan duniawi. Semuanya semata-mata karena Allah. Suasana yang dihasilkan oleh petunjuk Ilahi seperti menyaksikan bukit-bukti wujud Allah di dalam alam nyata ini; kenyataan sifat-sifat-Nya, kesatuan di dalam yang banyak, hakikat di sebalik yang nyata, kedekatan dengan Pencipta, semuanya adalah ganjaran bagi amalan kebaikan yang benar dan ketaatan tanpa mementingkan diri sendiri. Namun, semuanya itu hanyalah kenikmatan di alam kebendaan, di bumi kita berpijak. Termasuk juga kekeramatan yang muncul melalui seseorang, misalnya berjalan di atas air, terbang di udara, berjalan secepat kilat, mendengar suara dan melihat gambaran dari tempat yang jauh atau bisa membaca fikiran yang tersembunyi. Sebagai ganjaran terhadap amalan yang baik manusia juga diberikan nikmati di akhirat seperti syurga, khadam-khadam, bidadari, susu, madu, arak dan lain-lain. Semuanya itu merupakan nikmati syurga tingkat pertama, syurga dunia.
Tempat ‘roh perpindahan atau roh peralihan’ ialah di dalam hati. Urusannya ialah pengetahuan tentang jalan kerohanian. Kerjanya berkaitan dengan empat nama-nama pertama bagi nama-nama Allah yang indah. Sebagaimana dua belas nama-nama yang lain empat nama tersebut tidak termasuk di dalam sempadan suara dan huruf. Jadi, ia tidak bisa disebut. Allah Yang Maha Tinggi berfirman:

“Hanya milik Allah asma’ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma’ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”.  (Surah A’raaf, ayat 180).

Firman Allah di atas menunjukkan tugas utama manusia adalah mengetahui nama-nama Tuhan. Ini adalah pengetahuan batin seseorang. Jika mampu memperoleh pengetahuan yang demikian dia akan sampai kepada makam ma’rifat. Di sanalah pengetahuan tentang nama keesaan yang sempurna.
Nabi s.a.w bersabda, “Allah Yang Maha Tinggi mempunyai sembilan puluh sembilan nama, siapa mempelajarinya akan masuk syurga”. Baginda s.a.w juga bersabda, “Pengetahuan adalah satu. Kemudian orang arif jadikannya seribu”. Ini bermakna nama kepunyaan Zat hanyalah satu. Ia memancar sebagai seribu sifat kepada orang yang menerimanya.
Dua belas nama-nama Ilahi berada di dalam lingkup pengakuan tauhid “La ilaha illa Llah”. Tiap satunya adalah satu dari dua belas huruf dalam kalimah tersebut. Allah Yang Maha Tinggi mengaruniakan nama masing-masing bagi setiap huruf di dalam perkembangan hati. Setiap satu dari empat alam yang dilalui oleh roh terdapat tiga nama yang berlainan. Allah Yang Maha Tinggi dengan cara ini memegang erat hati para pencinta-Nya, dalam kasih sayang-Nya. Firman-Nya:
“Allah tetapkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang tetap di Penghidupan dunia dan akhirat”. (Surah Ibrahim, ayat 27). Kemudian dikaruniakan kepada mereka kedekatan-Nya. Dia sediakan pokok keesaan di dalam hati mereka, pokok yang akarnya turun kepada tujuh lapis bumi dan dahannya meninggi sampai tujuh lapis langit, bahkan meninggi lagi hingga ke arasy dan mungkin lebih tinggi lagi. Allah berfirman:

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, (Surah Ibrahim, ayat 24)
.
Tempat ‘roh perpindahan atau roh peralihan’ adalah di dalam nyawa kepada hati. Alam malaikat berkelanjutan sampai penyaksiannya. Ia bisa melihat syurga alam tersebut, penghuninya, cahayanya dan semua malaikat di dalamnya. Kalam ‘roh peralihan’ adalah bahasa alam batin, tanpa huruf tanpa suara. Perhatiannya berterusan menyentuh soal-soal rahasia-rahasia maksud yang tersembunyi. Tempatnya di akhirat apabila kembali ialah syurga Na’im, taman kegembiraan karuniaan Allah.
Tempat ‘roh sultan’ di mana ia memerintah, adalah di tengah-tengah hati, jantung hati. Urusan roh ini ialah ma’rifat. Kerjanya ialah mengetahui semua pengetahuan ketuhanan yang menjadi perantaraan bagi semua ibadah yang sebenar-benarnya diucapkan dalam bahasa hati. Nabi s.a.w bersabda, “Ilmu ada dua bahagian. Satu pada lidah, yang membuktikan kewujudan Allah. Satu lagi di dalam hati. Inilah yang perlu bagi menyadarkan tujuan seseorang”. Ilmu yang sebenar-benarnya bermanfaat berada di dalam sempadan hati. Nabi s.a.w bersabda, “Al-Quran yang mulia mempunyai makna dzahir dan makna batin”. Allah Yang Maha Tinggi membukakan Al-Quran kepada sepuluh lapis makna yang tersembunyi. Setiap makna yang berikutnya lebih bermanfaat dari yang sebelumnya karena ia semakin dekat dengan sumber yang sebenarnya. Dua belas nama kepunyaan Zat Allah adalah umpama dua belas mata air yang memancar dari batu apabila Nabi Musa a.s menghentamkan batu itu dengan tongkatnya.

“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: “Pukullah batu itu dengan tongkatmu”. Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan. ”. (Surah Baqarah, ayat 60).

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (Surah Yaa Sin, ayat 33).
Allah jadikan satu butir biji, sebiji benih di langit. Benih itu menjadi kekuatan kepada sifat hewani di dalam diri manusia. Dijadikan-Nya juga sebiji benih di dalam alam roh-roh (alam al-anfus); menjadi sumber kekuatan, makanan roh. Biji itu dicampurkankan dengan air dari sumber hikmah. Nabi s.a.w bersabda, “Jika seseorang menghabiskan empat puluh hari dalam keikhlasan dan kesucian sumber hikmah akan memancar dari hatinya kepada lidahnya”.
Nikmat bagi ‘roh sultan ialah kelezatan dan kecintaan yang dinikmatinya dengan menyaksikan kenyataan keindahan, kesempurnaan dan kemurahan Allah Yang Maha Tinggi. Firman Allah:
yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) menampakkan diri dengan rupa yang asli. sedang dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. (Surah Najmi, ayat 5 – 11). Nabi s.a.w menggambarkan suasana demikian dengan cara lain, “Yang beriman (yang sejahtera) adalah cermin kepada yang beriman (yang sejahtera)”. Dalam ayat ini yang kesejahteraan yang pertama ialah hati orang yang beriman yang sempurna, sementara yang kesejahteraan kedua itu ialah yang memancar kepada hati orang yang beriman itu, tidak lain dari Allah Yang Maha Tinggi sendiri. Allah menamakan Diri-Nya di dalam Quran sebagai Yang Mensejahterakan.

Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan..(Al-Hasyr:23)
Kediaman ‘roh sultan’ di akhirat ialah syurga Firdaus, syurga yang tinggi.
Tempat di mana roh-roh berhenti adalah tempat rahasia yang Allah buatkan untuk Diri-Nya di tengah-tengah hati, di mana Dia simpankan rahasia-Nya (Sirr) untuk disimpan dengan selamat. Keadaan roh ini diceritakan oleh Allah melalui utusan-Nya:
“Insan adalah rahasia-Ku dan Aku rahasianya”.
Urusannya ialah kebenaran (hakikat) yang diperoleh dengan mencapai keesaan; mencapai keesaan itulah tugasnya. Ia membawa yang banyak kepada kesatuan dengan cara terus menerus menyebut nama-nama keesaan di dalam bahasa rahasia yang suci. Ia bukan bahasa yang berbunyi di luar.
“Dan jika engkau nyaringkan perkataan, maka Sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi”. (Surah Ta Ha, ayat 7)
Hanya Allah mendengar bahasa roh suci dan hanya Allah mengetahui keadaannya.
Nikmat bagi roh ini ialah penyaksian terhadap ciptaan Allah yang pertama. Apa yang dilihatnya ialah keindahan Allah. Padanya terdapat penyaksian rahasia. Pandangan dan pendengaran menjadi satu. Tidak ada perbandingan dan tidak ada persamaan tentang apa yang disaksikanya. Dia menyaksikan sifat Allah, keperkasaan dan kekerasan-Nya sebagai esa dengan keindahan, kelembutan dan kemurahan-Nya.
Bila manusia temui maqamatnya, tempat kediamannya, bila dia temui akal asbab, pertimbangan keduniaannya yang memandunya selama ini akan tunduk kepada Perintahnya; hatinya akan rasa gentar bercampur hormat, lidahnya terkunci. Dia tidak berupaya menceritakan keadaan tersebut karena Allah tidak menyerupai sesuatu.
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIQ4QvM-N8qQdZmdc2KB10cxjljKgHHAm8datqSwsEORgSr50DnFTDV7yfDCSOAbcZXDjl38W9wNT9vPRbXEN_8vdaLKfIAJXiuJ3E5yXvGy8MYDjmAYjzBXgzVGRfxT1HHDkn22Jsyls/s320/Nature_View.jpg
Bila apa yang diperkatakan di sini sampai ke telinga orang yang berilmu, mula-mula cobalah memahami tahap pengetahuan sendiri. Tumpukan perhatian kepada kebenaran (hakikat) mengenai perkara-perkara yang sudah diketahui sebelum melihat ke ufuk yang lebih tinggi, sebelum mencari peringkat baru, semoga mereka memperoleh pengetahuan tentang kehalusan perlaksanaan Ilahi. Semoga mereka tidak menafikan apa yang sudah diperkatakan, tetapi sebaliknya mereka mencari ma’rifat, kebijaksanaan untuk mencapai keesaan. Itulah yang sangat diperlukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar