Al – AHZAB : 33
اِنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ اَهْلَ اْلبَيْتِ وَ يُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا
“Sesungguhnya Allah berkehendak mensucikan
kalian wahai Ahlul Bait dan membersihkan kalian sesuci-sucinya”
JUMLAH HURUF AYAT TATHIR
اِنَّمَا 4
يُرِيْدُ 4
اللهُ 4
لِيُذْهِب 5
عَنْكُمُ 4
الرِّجْسَ 5
اَهْلَ 3
اْلبَيْتِ 5
وَ يُطَهِّرَكُمْ 7
تَطْهِيْرًا 6
TOTAL 47
JUMLAH HURUF MANUSIA SUCI SESUDAH NABI SAAW
علي 3
فاطمة 5
حس 3
حسين 4
علي 3
محمد 4
جعفر 4
موس 4
علي 3
محمد 4
علي 3
حسن 3
محمد 4
TOTAL 47
Adakah sesuatu didunia ini yang kebetulan ?, tidakkah
ini menjadi penerang siapa sebenarnya yang seharusnya kita ikuti agar tidak
tersesat selamanya …
Surah Al-Ahzab 33 berbicara tentang kesucian
Ahlul Bayt dengan jumlah huruf 47, siapakah Ahlul Bayt menurut Surah tersebut?
SEGALA PUJI BAGI ALLAH , telah ditunjukan
betapa Jumlah Huruf ayat Tathir = Jumlah Huruf Manusia Suci Sesudah Rasulullah
Saaw
_______________________________________________________________________________
1. Ayat Tathir adalah Landasan bagi Imamah
Memandang pembahasan-pembahasan yang lalu
bahwa hikmah ilahiah membuat Allah swt mengenalkan syarat terpenting bagi
imamah (kesucian) dan orang-orang yang memiliki syarat terpenting itu secara
langsung kepada masyarakat agar mereka tidak terjatuh ke dalam kesesatan. Untuk
itulah, Allah swt menurunkan ayat tathir sebagai landasan untuk mengenalkan dan
mengarahkan umat kepada Ahlulbait Rasulullah dan para imam suci.
Salah satu ayat yang menunjukkan kesucian
Ahlulbait adalah ayat yang sangat populer, yang berbunyi, Dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
taatilah Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya.[4]
Ulama Syiah dan juga sebagian Ahlus Sunnah
menjadikan ayat tersebut sebagai alasan atau argumen mengenai kesucian
Ahlulbait. Sehubungan dengan ini, harus ditelaah beberapa persoalan.
Sebab Turunnya Ayat (sya’nun nuzul ayat)
Ahlul Kisa
Tidak ada yang memperselisihkan bahwa ayat di
atas diturunkan berkaitan dengan Rasulullah saw, Imam Ali, Fatimah, Hasan dan
Husain. Kitab-kitab Syiah dan Ahlus Sunnah meriwayatkan tentang itu. Di
antaranya adalah beberapa riwayat berikut ini.
1. Aisyah berkata, “Suatu pagi, Rasulullah
saw keluar dari rumahnya dengan mengenakan jubah hitam yang terbuat dari kain
wol. Imam Hasan, Imam Husain, Fatimah, serta Ali diminta untuk masuk ke dalam
jubah itu seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. [5]
2. Ummu Salamah berkata, Ayat Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya turun di rumahku. Hari itu, Fatimah
membawa sebuah tempat yang dipenuhi oleh makanan. Kemudian Rasulullah meminta
Fatimah agar memanggil Ali, Hasan, serta Husain. Ketika semua sudah datang,
Rasulullah mengajak mereka makan. Kemudian ayat tathir turun. Rasul menyelimuti
mereka semua dengan aba’ah (semacam jubah) dari kota Khaibar dan sebanyak tiga
kali Rasulullah berdoa, “Ya Allah! Mereka adalah Ahlubaitku, jauhkanlah kotoran
dari mereka dan sucikanlah mereka.”[6]
3. Amer bin Abi Salamah berkata, “Ayat Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan
membersihkan kamu sebersih bersihnya turun di rumah Ummu Salamah. Kemudian
Rasulullah saw memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain. Kemudian beliau
menyelimuti mereka dengan kain seraya berkata, “Ya Allah! Mereka adalah
Ahlulbaitku, hapuskanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka.” Ummu
Salamah bertanya, “Ya Rasulullah! Adakah aku juga bersama mereka?” Rasulullah
berkata, “Tetaplah di tempatmu! Engkau juga baik.”[7]
4. Zainab berkata, “Tatkala Rasulullah saw
menyaksikan rahmat Allah turun dari langit, beliau bertanya, “Siapakah diantara
kalian yang bisa memanggil Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain?” Aku menawarkan
diri untuk memanggil mereka.” Zainab memanggil mereka. Ketika mereka sudah
datang, Rasulullah saw menyelimuti mereka dengan aba’ah dan beliau sendiri
masuk ke dalam aba’ah itu lantas Jibril turun dan membawakan ayat tathir.[8]
5. Shaddad-abi Amarah berkata, “Aku
berkunjung ke rumah Watsilah bin Astqa’ bersama beberapa orang lainnya. Tak
lama kemudian mereka (menggunjing Ali). Ketika mereka keluar, Watsilah
membisiki telingaku, “Maukah aku ceritakan kepadamu suatu peristiwa yang aku
saksikan dengan kedua mataku.” Aku menganggukkan kepalaku dan dia mulai
mengisahkan apa yang disaksikannya, “Hari itu, aku berkunjung ke rumah Fatimah
untuk menjumpai Ali. Sesampainya di rumah Ali, Fatimah mengatakan bahwa
suaminya sedang bersama Hasan dan Husain pergi ke rumah Rasulullah. Kemudian
aku menyusul mereka ke rumah Baginda Rasul. Di sana, aku menyaksikan Rasulullah
mengambil tangan Hasan dan Husain untuk masuk bersama Ali. Kemudian Rasulullah
mendudukan Ali dan Fatimah di sisinya serta mendudukkan Hasan dan Husain di
atas pahanya (memangkunya). Kemudian beliau menyelimutkan kain ke atas mereka
seraya berkata, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari
kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Kemudian beliau
berkata, “Mereka adalah Ahlulbaitku dan Ahlulbaitku adalah lebih layak.”[9]
6. Abu Said Khudri mengatakan, “Ayat
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
Ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya diturunkan mengenai lima
orang, yakni Rasulullah saw, Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain.” [10]
7. Dalam khutbahnya, Imam Hasan berkata,
“Kami adalah Ahlulbait yang dalam firman Allah disebutkan, Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait dan membersihkan
kamu sebersih- bersihnya[11]
Memandang hadis-hadis yang disebutkan itu -banyak
lagi contoh yang seperti itu- sya’nun nuzul ayat tathir adalah bahwa suatu
hari, Rasulullah saw memanggil Imam Ali, Fatimah, Hasan, dan Husain ke sisinya
dan mereka duduk di atas permadani. Kemudian Rasulullah meletakkan kain atau
aba’ah atau karpet kasar hitam dari Khaibar ke atas mereka. Kemudian turun ayat
tathir dari Allah dan beliau membacakannya lalu berkata, “Ya Allah! Mereka
adalah keluargaku. Maka sucikanlah kotoran dan kekejian dari mereka.”
Hadis tersebut populer dengan nama hadis
kisa’ dan dinukilkan dalam berbagai ungkapan serta tercatat di dalam kitab
Ahlus Sunnah dan Syiah.
Para Saksi Kejadian
Peristiwa Kisa’ merupakan salah satu
peristiwa penting Rasulullah saw yang disaksikan sejumlah keluarga dekat,
pembantu, dan para sahabat khusus beliau.
Mereka itulah yang meriwayatkan peristiwa
tersebut. Sebagian dari mereka adalah sebagai berikut.
1. Rasulullah saaw merupakan tokoh pertama
kejadian itu dan berkali-kali mengisahkannya kepada para sahabat.
2. Ali bin Abi Thalib merupakan salah satu
dari mereka. Imam Ali menceritakan peristiwa tersebut kepada banyak orang dan
berhujah dengannya.
3. Imam Hasan adalah salah seorang dari
mereka.
4. Aisyah, istri Rasulullah saaw, dalam
sebuah hadis mengatakan, “Aku juga menyaksikan kejadian ini.”
5. Umar putra Abi Salamah yang merupakan
hasil didikan rumah Rasulullah saw.
6. Zainab yang hidup di rumah Ummu Salamah.
7. Stauban yang merupakan budak yang
dibebaskan oleh Rasulullah saw. Mengenai Stauban disebutkan bahwa dia
senantiasa berada dengan Rasulullah, baik ketika Rasulullah berada dalam
perjalanan maupun tidak.
8. Wastilah bin Asqa’ yang merupakan salah
seorang abdi di rumah Rasulullah saw.
9. Ummu Salamah merupakan salah seorang istri
Rasulullah saw yang seolah-olah peristiwa tersebut terjadi di rumahnya dan
mengisahkannya kepada banyak orang.
10. Kelompok lain dari perawi hadis seperti
Abul Hamra’, Anas bin Malik, Abu Sa’id Khudri, dan Ibn Abbas -meskipun tidak
tentu bahwa orang-orang ini menyaksikan peristiwa yang sebenarnya, namun
kemudian hari, mendengar kisah itu dari Rasulullah saw atau dari salah seorang
saksi atau mereka melihat bahwa setelah peristiwa ini, Rasulullah saw untuk
sekian lama melewati rumah Sayyidah Fatimah Az-Zahra dan memanggil penghuni
rumah itu dengan sebutan Ahlulbait dan mengatakan, Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.[12]
Abul Hamra mengatakan, “Rasul saw selama enam
bulan menghampiri pintu rumah Fatimah seraya berkata, Sesungguhnya Allah
bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan
kamu sebersih-bersihnya.[13]
Abu Barzah mengatakan, “Selama tujuh belas
bulan, aku shalat bersama Rasulullah saw dan manakala keluar dari rumah, beliau
mengunjungi rumah Fatimah dan berkata, “Ash-shalatu alaikum”! Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan
membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, “Setiap
pagi, Rasulullah saw datang ke rumah kami dan berkata, “Semoga Allah merahmati
kalian! Bangunlah dan dirikanlah shalat! Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.” [14]
Abu Said Khudri berkata, “Tatkala ayat Wa’mur
ahlaka bish-shalat turun, Rasulullah saw selama sembilan bulan, setiap harinya,
mendatangi pintu rumah Fatimah dan Ali seraya berseru, “Telah tiba saat shalat.
Semoga Allah merahmati kalian. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlulbait, dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.”[15]
Untuk sekian lama, Rasulullah saw melanjutkan
kebiasaan ini dengan tujuan pertamanya adalah beliau ingin menunjukkan bahwa
perlakuannya itu bukan perkara biasa. Beliau ingin memberitahukan kepada para
sahabatnya agar nanti tidak ada dari mereka yang berkata, “Peristiwa Kisa’
hanya pertemuan kekeluargaan biasa; kedua, beliau ingin menjelaskan siapa
sebenarnya Ahlulbait sehingga nantinya tidak ada yang mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan untuk istri-istri Nabi saw; dan ketiga, beliau ingin agar para
sahabatnya menceritakan hal ini kepada orang-orang lain.
_____________________________________________________________________________________________
NASH-NASH HADITS “AL-KISA” Menurut
Ahlussunnah
Hadits “Al-Kisa” mengandung dua pengertian
pokok yang amat besar dan penting. Yaitu:
1. Pembuktian atau Dalil
tentang kesucian “Ahlul-Bait” Rasulullah SAW
2. Bahwa yang dimaksud
“Ahlul-Bait” ialah Imam Ali bin Abi Thalib r.a., Fatimah Azzahra r.a., Al-Hasan
dan Al-Husein radhiyallahu `anhuma.
Nash-nash Hadits tersebut diriwayatkan oleh
berbagai sumber dan oleh banyak Rawi (orang yang menyampaikan riwayat) dengan
teks yang agak berlain-lainan, tetapi mempunyai makna yang sama.
Dibawah ini kami kutipkan Firman Allah SWT
dan beberapa nash dari Hadits “Al-Kisa” :
اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.( الأحزاب/۳۳)ه
Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda
dan kotoran dari kalian “Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya.
وَرُوِىَ اْلإِمَامْ أَحْمَدْوَالتُرْمُذِي
عَنْ أُمِ سَلَمَةَ أَنَهُ لَمَّا نَزَلَ قَوْلُهُ تَعاَلَى:
(اِنَّمَايُرِيْدُاللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً. الأحزاب/۳۳) أَدَارَالنَّبِي صلّى الله عليه
وسلّم كِسَاءَهُ عَلَى عَلِي وَفَاطِمَةَ وَالْحَسَنِ وَالْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ
عَنْهُمْ فَقَالَ: (اَللٰهُمَّ هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ
الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً)ه
أحمد في المسند (١/٣٣١، ٣/۲٥۹، ۲۸٥، ٦/۲۹۲،
۲۹۷، ۳۰٤) والترمذي رقم (۳۲۰٥، ۳۷۸٦) في التفسير باب (ومن سورة الأحزب) وفي
المناقب باب (مناقب أهل بيت النبي صلى الله عليه وسلم (٥/۳۲۸، ٦۲١) ورقم (۳۸۷۰ )
في (فضل فاطمة رضي الله عنها) وقال حديث حسن صحيح. والحاكم في المستدرك (۳/١٤٦).
والطبراني في (( الكبير)) من عدة طرق (۳/٤٦-٥١) من رقم (۲٦٦۳–۲٦۷۲) ه
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam
Turmudzi dari Umi Salamah, sesungguhnya pada saat Firman Allah SWT:
(Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian
“Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya. Al Ahzab/33 ) Nabi SAW
mengerubungkan (menutupi) kain Kisa` nya diatas Sayyidina Ali bin Abi Thalib,
Sayyidatuna Fatimah, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husein RA. Dan beliau Nabi SAW
berdo`a: (Ya Allah, mereka ini adalah Ahlulbaitku. Karena itu hilangkanlah noda
kotoran (ar-rijsa) dari mereka dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya.)
قَلَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِنْدِيْ وَعَلِيٌّ وَفَاطِمَةُ
وَالْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ، فَجَعَلْتُ لَهُمْ خُزَيْرَةً، فَأَكَلُوْاوَنَامُوْاوَغَطَّى
عَلَيْهِمْ كِسَاءً أَوْقَطِيْفَةً ثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ
أَهْلُ بَيْتِيْ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْراً
Ummu Salamah r.a. berkata: pada suatu hari
Rasulullah SAW berada ditempat kediamanku bersama Ali, Fatimah, Al-Hasan dan
Al-Husein. Untuk mereka kubuatkan Khazirah (makanan terbuat dari tepung dan
daging). Setelah makan mereka tidur, kemudian oleh Rasulullah SAW mereka
diselimuti dengan kisa, atau kain sutera, seraya berucap: “Ya Allah, mereka
Ahlul-Baitku, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya”.
(Dari Hadits Zaid, dari Syahr bin Hausyab.
Lihat Tafsir At-Thabariy: 22/6)
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا:
لَمَّا نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ ﴿ اِنَّمَايُرِيْدُالله ُلِيُذْهِبَ عَنْكُمُ
الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً.﴾ دَعَا رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلِيًّا وَفَاطِمَةَ وَحَسَنًاوَحُسَيْنًا،
فَجَلَّلَ عَلَيْهِمْ بِكِسَاءٍخَيْبَرِيٍّ وَقَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ
أَهْلُ بَيْتِيْ، اَللّٰهُمَّ اَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيْرًا. قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا:
أَلَسْتُ مِنْهُمْ ؟ قَالَ: أَنْتِ إِلٰى خَيْرٍ
Ummu Salamah r.a. berkata: ketika turun ayat
(Sesungguhnya Allah hendak menghapuskan noda dan kotoran dari kalian
“Ahlul-Bait” dan mensucikan kalian sesuci-sucinya) Rasulullah SAW
memanggil Ali, Fatimah, Hasan dan husein, kemudian beliau menyelimuti
mereka dengan kisa buatan Khaibar seraya berucap: “Ya Allah, mereka Ahlul-Baitku,
ya Allah, hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya”. Ummu Salamah bertanya: “Tidaklah aku termasuk mereka?”,
Rasulullah SAW menjawab: “Engkau berada didalam kebajikan”.
(Dari Hadits Waki`, dari Abdulhamid bin
Bahram, dari Syahr bin Hausyab, dari Fudhail bin Marzuq, dari `Athiyyah, dari
Abu Sa`id Al-Khudriy, bersal dari Ummu Salamah r.a. Lihat Tafsir
At-Thabariy:22/7)
قَالَ عَبْدُاللهِ بْنُ وَهْبِ بْنِ زُمْعَةٍ:
أَخْبَرَتْنِيْ أُمُّ سَلْمَةَ رَضِيَ الله ُعَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ الله ِ
صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ فَاطِمَةَ وَالْحَسَنَ وَالْحُسَيْنَ
رَضِيَ الله ُعَنْهُمْ، ثُمَّ أَدْخَلَهُمْ تَحْتَ ثَوْبِهِ، ثُمَّ جَأَرَ إِلَى
اللهِ تَعَالىٰ وَقَالَ: هٰؤُلآءِ أَهْلُ بَيْتِيْ. فَقَالَتْ أُمُّ
سَلْمَةَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، أَدْخِلْنِيْ
مَعَهُمْ، قَالَ: إِنَّكِ مِنْ أَهْلِيْ
Abdullah bin Wahab bin Zam`ah mengatakan:
Ummu salamah r.a. memberitahu kepadaku, bahwa pada suatu hari Rasulullah SAW
mengumpulkan Fatimah, Al-Hasan dan Al-Husein r.a, kemudian ketiga-tiganya dimasukkan
kedalam jubahnya, lalu beliau berdo`a mohon kepada AllAh SWT: “mereka
Ahlul-Baitku”. Ummu Salamah berkata: “Ya Rasulullah, masukkanlah aku bersama
mereka..” Rasulullah SAW menjawab: “Engkau termasuk keluargaku”.
(Dari Hadits Hasyim bin `Utbah bin Abi
Waqqas, berasal dari Abdullah bin Wahab bin Zam`ah. Lihat Tafsir At-Thabraniy:
22/7 dan Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
قَالَ عُمَرُبْنُ أَبِيْ سَلْمَةَرَبِيْبُ
النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَزَلَتْ هٰذِهِ اْلأٰيَةُ عَلَى
النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِيْ أُمِّ سَلْمَةَ ”
اِنَّمَايُرِيْدُالله ُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ
وَيُطَهِّرُكُمْ تَطْهِيْراً” فَدَعَاحَسَنًا وَحُسَيْنًا
وَفَاطِمَةَفَأَجْلَسَهُمْ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَدَعَاعَلِيًّافَأَجْلَسَهُ
خَلْفَهُ، فَتَجَلَّلَ هُوَوَهُمْ بِاالْكِسَاءِثُمَّ قَالَ: اَللّٰهُمَّ هٰؤُلآءِ
أَهْلُ بَيْتِيْ، فَأَذْهِبْ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهِّرهُمْ تَطْهِيْرا.ً
قَالَتْ أُمُّ سَلْمَةَ: أَنَامَعَهُمْ؟ قَالَ: أَنْتِ عَلَى مَكَانِكِ أَنْتِ
عَلَى خَيْرٍ
Umar bin Abi Salamah anak tiri Rasulullah SAW
mengatakan, bahwa ayat “Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan kotoran dari
kalian Ahlul-Bait dan hendak mensucikan kalian sesuci-sucinya“, turun kepada
Rasulullah SAW dirumah Ummu Salamah, kemudian Rasulullah SAW memanggil Hasan,
Husein dan Fatimah, lalu ketiganya diminta duduk didepan beliau. Beliau
memanggil Ali lalu diminta duduk dibelakang beliau. Kemudian beliau bersama
mereka menyelimuti diri dengan kisa seraya berucap: Ya Allah, mereka
Ahlul-Baitku, maka hilangkanlah kotoran dari mereka dan sucikanlah mereka
sesuci-sucinya. Ummu Salamah berkata: apakah aku bersama mereka? Rasulullah SAW
menjawab: engkau berada ditempatmu dan engkau memperoleh kebajikan.
(dari Hadits Muhammad bin Sulaiman
Al-Ashbahaniy, dari Yahya bin Ubaid Al-Makky, dari `Atha bin Abi Rabbah,
berasal dari Umar bin Abi Salamah. Lihat Tafsir At-Thabariy:22/7 dan
Tuhfatul-Ahwadziy: 9/66)
_____________________________________________________________________
Hadist Tsaqalain Menurut Ahlussunnah
Fatwa Al-Alim Al-Alamah Assayyid Al-Habib
Hasan Bin Ali Bin Hasyim Bin Ahmad Bin Alwy Ba’agil Al-Alawy (Mufti Mazhab
Syafi’i di Makkah Al-Mukarramah Wafat Tahun 1335 H.)
Jawaban Mengenai Hadits,”Aku tinggalkan pada
kalian Ats-tsaqalain (dua pusaka), yaitu Kitabullah (Alqur’an) dan Keluargaku
(yaitu) Ahli Baitku”.
Saya pernah ditanya mengenai hadits, “Aku
tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat setelah
(berpegang teguh kepada) keduanya; kitabullah (Alqur’an) dan ……..” apakah -kata
penanya itu-hadits tsb shahih jika ditambah dengan kata-kata (akhirnya) ‘itraty
wa ahli baity (keluargaku yaitu ahli Baitku) atau mungkin yang benar, wasunnaty
(dan sunnahku). Dia berharap agar dapat menjelaskan sanad hadits tsb.
Sebenarnya, hadits yang tsabit dan shahih
adalah hadits yang berakhir dengan wa ahli baity. Sedang yang berakhir dengan
kata-kata wa sunnaty itu bathil (salah) dari sisi matan dan sanadnya. Berikut
penjelasan mengenai sanad hadits tsb.
Hadits tsb diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam shahihnya (IV: 1873 no. 2408 cetakan Abdul-Baqy) dari Sayyidina Zaid bin
Arqam r.a. Dia berkata, “Suatu hari Rasulullah saw. Pernah berdiri dihadapan
kami seraya berkhutbah disuatu tempat (kebun) kosong diantara Makkah dan
Madinah. Beliau saw memuji Allah SWT dan menyanjung-Nya. Lalu menasehati dan
mengingatkan (ummatnya). Kemudian bersabda, “Amma ba’du (adapun sesudah itu),
ingatlah wahai sekalian manusia, sesunguhnya aku ini hanya manusia biasa,
hampir-hampir (sebentar lagi) akan datang utusan Tuhanku (yang akan memanggilku
ke Hadhrat-Nya), maka akupun (pasti) mengabulkannya. Dan aku akan meninggalkan
pada kalian dua pusaka. Pertama, Kitabullah itu dan peganglah teguh-teguh.”
Beliau saw. Memerintahkan untuk berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai
Kitabullah dan mendorong untuk mengamalkannya. Kemudian beliau saw bersabda,
“Dan Ahli Baitku (keluargaku)”
Itulah Lafadh atau redaksi Imam Muslim. Dan
diantara perawi lain yang meriwayatkan dengan redaksi seperti itu ialah
Al-Darimy dalam Sunan-nya (II : 431 – 432) dengan isnad shahih seperti
(terangnya) matahari. Ada juga perawi lain yang meriwayatkan hadits tsb seperti
redaksi Imam Muslim itu.
Sedang riwayat Imam Turmudzi terdapat
kata-kata, wa ‘itraty ahli baity (dan keturunanku [yaitu] ahli baitku [keluarga
rumahku]).” Dalam Sunan Turmidzi (V: 663 no. 3788), Rasulullah saw. Bersabda,
“Sesungguhnya aku meninggalkan pada kalian
apa yang jika kalian pegang (erat-erat) pasti kalian tidak akan sesat sudah aku
(tiada). Salah satunya lebih agung dari pada yang lainnya, (yaitu) Kitabullah. Dia
merupakan tali yang memanjang dari langit ke bumi. Dan keturunanku (yaitu) ahli
baitku. Kedua pusaka itu tidak akan berpisah sehingga keduanya dapat
mendatangkan haudh-telaga-kepadaku. Perhatikanlah (berhati-hatilah dan
pikirkanlah) bagaimana kalian memperlakukan mereka sepeninggalku.”Hadits
shahih.
Adapun kata-kata wa sunnaty (dan sunnahku),
saya tidak meragukan ke-maudhu’-annya karena ke-dha’if-an sanadnya, dan
faktor-faktor lainnya yang sangat mempengaruhi kelemahannya.
_______________________________________________________________
Hadist 12 Imam Menurut Ahlussunnah
Dengan hadis Indzar kita akan mengetahui
bahwa sejak awal kenabiannya Rasulullah saw telah memilih dan mengangkat Ali
bin Abi Thalib (as) sebagai saudaranya, washi dan khalifahnya.
Allah swt berfirman:
وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الاْقْرَبِين
“Berilah peringatan kerabatmu yang terdekat”
(Asy-Syu’ara’: 214),
Ketika ayat ini turun Rasulullah saw
mengumpulkan tokoh-tokoh dari keluarga terdekatnya dan mengajak mereka agar
masuk Islam. Kisah ini disebutkan dalam buku-buku sejarah Islam, kitab-kitab
tarikh, sirah, tafsir dan hadis.
Dalam suatu riwayat disebutkan: Abdullah bin
Abbas mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: Ketika ayat ini turun
kepada Rasulullah saw, beliau mengajakku dan bersabda: “Wahai Ali, sesungguhnya
Allah memerintahkan kepadaku untuk mengingatkan kerabatku yang terdekat.”
Kemudian Rasulullah saw mengumpulkan keluarga terdekatnya dan menyampaikan apa
yang diperintahkan oleh Allah swt. Ketika mereka berkumpul Rasulullah saw
bersabda: “Wahai Bani Abdullah Muthallib, aku datang kepada kalian untuk
menyampaikan dua kebaikan dunia dan akhirat. Allah memerintahkan aku untuk
mengajak kalian pada kebaikan itu. Siapakah di antara kalian yang bersedia
membantuku untuk urusanku ini, dan menjadi saudaraku, washiku dan khalifahku
untuk kalian?” Mereka yang hadir semuanya diam, tidak bersedia. Lalu aku (Ali),
yang saat itu paling muda dari mereka, berkata: Ya Nabiyallah, aku bersedia
menjadi pembantumu dalam urusanmu ini. Kemudian Rasulullah saaw memegang
pundakku dan bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku,
washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taatilah dia.”
Kemudian mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib: Dia
(Muhammad) menyuruhmu mendengar Ali dan mentaatinya. (Ma’alim At-Tanzil 4:
278-279).
Macam-macam Redaksi Hadis Indzar
Redaksi hadis Indzar bermacam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku,
washiku dan khalifahku untuk kalian, maka dengarlah dia dan taati.”
Rasulullah saw bersabda:
“Siapakah yang akan berbaiat padaku untuk
menjadi saudaraku, washiku, dan pemimpinmu sesudahku?” Kemudian aku (Ali)
mengulurkan tanganku dan berkata: Aku mau berbaiat kepadamu. Lalu Rasulullah
saw membaiatku.
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya ini (Ali) adalah saudaraku
demikian dan demikian.”
Mengapa dalam riwayat ini tidak disebutkan
kalimat: Washiku dan khalifahku? Di sinalah terjadinya penyimpangan hadis Nabi
saw oleh orang-orang tertentu.
Kisah dan Hadis Indzar dengan segala macam
redaksinya terdapat dalam kitab:
1. Tafsir Ad-Durrul Mantsur, jilid 6, halaman
324-329, Darul Fikr, Bairut 1403.
2. Tafsir Ath-Thabari, jilid 19, halaman 74
dan 75, Darul ma’rifah, Bairut.
3. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 6, halaman 168,
Dar Thayyibah, Riyadh 1418 H.
4. Tafsir Ibnu Hatim, jilid 9, halaman 26-28;
berbeda dengan cet Maktaba Nazzar Baz, Mekkah Mukarramah 1417 H.
5. Musnad Ahmad, jilid 1, halaman 111, no:
885, Dar Ihya’ Turats Al-Arabi, Bairut 1414 H.
6. Sunan Al-Kubra, jilid 9, halaman 7, Darul
Ma’rifah, Bairut.
7. Sunan An-Nasa’i, jilid 6, halaman 248. Dar
Ihya’ Turats Al-Arabi.
8. Kanzul Ummal, jilid 13, halaman 131 dan
149, Muassasah Ar-Risalah, Bairut 1405 H.
9. Majma’uz zawaid, jilid 8, halaman 113 dan
303.
10. Ta’rib At-Tahdzib, jilid 2, halaman 144.
11. Khashaish Amirul Mu’minin, halaman 86,
cet Al-Ghura.
12. Minhaj As-Sunnah, jilid 7, halaman 302.
Para perawi hadis Indzar
1. Ibnu Ishhaq, penulis Sirah
2. Ibnu Jarir Ath-Thabari
3. Ibnu Abi Hatim Ar-Razi
4. Ibnu Mardawaih
5. Al-HafizhAbu Na’im Al-Isfahani
6. Al-Baihaqi
7. Ahmad bin Hanbal
8. An-Nasa’i
9. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar, penulis
Musnad
10. Said bin Manshur, penulis Musnad
11. Al-Hafizh Abul Qasim Ath-Thabari, penulis
Mu’jam Al-Awsath
12. Al-Hafizh Abu Abdillah Al-Hakim
An-Naisaburi, penulis Al-Mustadrak
13. Al-hafizh Abu Ja’far Ath-Thahawi, penulis
Musykilul Atsar.
14. Abdurrahman bin Abi Hatim Ar-Razi,
penulis Tafsir.
15. Al-Hafizh Al-Baghawi, penulis Tafsir.
16. Al-Hafizh Ibnu Asakir Ad-damsiqi, penulis
Tarikh Damsiq.
17. Al-Hafizh Ibnu Atsir, penulis Al-Kamil
fit Tarikh.
18. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Haitsami, penulis
Majma’uz zawaid.
19. Al-Hafizh Adz-Dzahabi
20. Al-Hafizh Jalaluddin As-Suyuthi, penulis
Ad-Durrul Mantsur.
21. Syeikh Ali Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis
Kansul Ummal.
Hadis tentang 12 imam menunjukkan bahwa
pasca Rasulullah saw hanya ada 12 imam, amir atau khalifah. Tidak boleh kurang
dan tidak boleh lebih. Dari mana kita harus menghitungnya, ya dari pasca
Rasulullah saw … Dan siapa saja orang-orangnya? Dan apa konsekuensi
mengingkarinya?
Redaksi hadis ini bermacam-macam, mari kita
telusuri:
Dalam Shahih Bukhari juz 4, kitab Ahkam
disebutkan:
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ
صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها،
فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku
mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu
melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya
mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih
Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) ,
4:165, Kitabul Ahkam]
Dalam Shahih Muslim 4: 79 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata: aku bersama
ayahku datang kepada Nabi saw, lalu aku mendengar beliau bersabda:
“Sungguh persoalan ini tidak akan tercapai
sehingga ia berada di bawah kepemimpinan dua belas khalifah.” Kemudian beliau
mengucapkan suatu kalimat yang tidak jelas bagiku. Lalu aku bertanya kepada
ayahku tentang apa yang diucapkan oleh beliau. Ayahku berkata bahwa Nabi saw
bersabda: “Semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih Muslim 2, bab mengikuti suku
Quraisy disebutkan:
Rasulullah saw bersabda:
“Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat
di bawah pimpinan dua belas khalifah yang semuanya dari golongan quraisy.” Di
sini redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain bahwa Rasulullah saw
bersabda:
“Islam selalu mulia di bawah pimpinan dua
belas khalifah yang semuanya dari quraisy.”
“Persoalan manusia senantiasa berlalu di
bawah kepemimpinan dua belas tokoh, semuanya dari suku Quraisy.”
“Agama ini akan selalu mulia dan terjaga di
bawah kepemimpinan dua belas khalifah, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Shahih At-Turmidzi, jilid 2:
“Islam akan selalu tegak di bawah
kepemimpinan dua belas amir, semuanya dari suku Quraisy.”
Dalam Musnad Ahmad bin Hanbal 1: 398
disebutkan:
Masyruq berkata: aku pernah duduk-duduk
dengan Abdullah bin Mas’ud, ia membacakan ayat Al-Qur’an kepada kami. Kemudian
ada seseorang bertanya kepadanya: wahai Abu Abdurrahman, apakah kamu pernah
bertanya kepada Rasulullah saw berapa jumlah khalifah yang akan memimpin ummat
Islam. Ibnu Mas’ud menjawab: ya, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw,
lalu beliau bersabda:
“Dua belas khalifah seperti jumlah pemimpin
Bani Israil.”
Dalam redaksi yang lain:
Jabir bin Sammarah berkata: aku mendengar
Rasulullah saw bersabda dalam haji wada’:
“Agama ini akan selalu jelas bagi orang yang
bermaksud padanya, dan tidak membahayakannya orang yang menentang dan
menyerangnya, sehingga berlalu dari ummatku dua belas amir, semuanya dari suku
Quraisy.” (Musnad Ahmad 5: 89).
Dalam Shawa’iq Al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab
11, pasal 2 disebutkan:
Jabir bin Sammarah berkata bahwa Nabi saw
bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas amir, semuanya
dari suku Quraisy.”
Dalam Kanzul Ummal, Al-Muttaqi, jilid 6: 160
disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Akan ada sesudahku dua belas khalifah.”
Dalam Kitab Yanabi’ul Mawaddah, oleh
Al-Qunduzi Al-Hanafi, bab 95:
Jabir bin Abdillah berkata bahwa Rasulullah
saw bersabda: “Wahai Jabir, sesungguhnya para washiku (penerima wasiatku) dan
para Imam kaum muslimin sesudahku adalah: pertama Ali, kemudian Al-Hasan,
kemudian Al-Husein, kemudian Ali bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang
terkenal dengan julukan Al-Baqir dan kamu akan menjumpainya wahai Jabir, dan
jika kamu menjumpainya sampaikan padanya salamku; kemudian Ja’far bin Muhammad,
kemudian Musa bin Ja’far, kemudian Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian
Ali bin Muhammad, kemudian Al-Hasan bin Ali; kemudian Al-Qaim, namanya sama
dengan namaku, nama panggilannya sama dengan nama panggilanku, yaitu putera
Al-Hasan bin Ali, di tangan dialah Allah tabaraka wa ta’ala membuka kemenangan
di bumi bagian timur dan barat, dialah yang ghaib dari para kekasihnya, ghaib
yang menggoncangkan kepercayaan terhadap kepemimpinannya kecuali orang yang
hatinya telah Allah uji dalam keimanan.”
Kemudian Jabir bertanya kepada Rasulullah
saw: Ya Rasulullah, apakah manusia memperoleh manfaat dalam keghaibannya? Nabi
saw menjawab: “Demi Zat Yang Mengutusku dengan kenabian, mereka memperoleh
cahaya dari cahaya wilayahnya (kepemimpinannya) dalam keghaibannya seperti
manusia memperoleh manfaat dari cahaya matahari walaupun matahari itu tertutup
oleh awan. inilah rahasia Allah yang tersimpan dan ilmu Allah yang
dirahasiakan, Allah merahasiakannya kecuali dari ahlinya.”
Hadis Tsaqalayn adalah hadis yang menegaskan
bahwa umat Islam wajib berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Ahlul bait Nabi
saw. Redaksi hadis ini bermacam-macam, antara lain:
Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian
dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Wahai manusia, sesungguhnya aku tinggalkan
kepada kalian, yang jika kalian bepegang teguh dengannya kalian tidak akan
tersesat: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian
sesuatu yang jika kalian berpegang teguh dengannya, kalian tidak akan tersesat
sesudahku: Al-Qur’an dan ‘Itrahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian
dua khalifah: Al-Qur’an dan ‘Itrahku. Jika kalian berpegang teguh dengan
keduanya, kalian tidak akan tersesat sesudahku.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian
dua pusaka yang berharga: Al-Qur’an dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Jika kalian
berpegang teguh dengan keduanya kalian tidak akan tersesat sesudahku. Maka
janganlah kalian mendahului keduanya sehingga kalian binasa, jangan menganggap
enteng keduanya sehingga kalian binasa, dan jangan mengajari mereka karena
mereka lebih tahu dari kalian.”
“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian
sesuatu jika kalian berpegang teguh dengannya kalian tidak akan tersesat
sesudahku, yang satu lebih agung dari yang lain: Al-Qur’an adalah tali
penyambung dari langit ke bumi dan ‘Itrahku, Ahlul baitku. Keduanya tidak akan
terpisahkan sehingga keduanya kembali padaku di telaga surga, maka perhatikan
bagaimana sikap mereka kepada keduanya sesudahku”
Hadis Tsaqalayn dengan bermacam-macam
redaksinya terdapat dalam:
1. Shahih At-Tirmidzi, jilid 2, halaman 219;
jilid 5, halaman 662 dan 663, no: 3786 dan 3788, Dar Ihya’ at-Turats al-‘Arabi,
Bairut.
2. Musnad Ahmad, jilid 5, halaman 492, no:
1878; jilid 6, halaman 232, no: 21068, 21145, dan 244.
3. Mustadrak Al-Hakim, jilid 3, halaman 109.
4. Thabaqat Ibnu Sa’d, jilid 1, halaman 194.
5. Al-Mathalib Al-‘Aliyah, Ibnu Hajar
Al-‘Asqalani, no hadis: 1873.
6. Mu’jam Al-Kabir, Ath-Thabrani, jilid 3,
halaman 62, no hadis: 2678; jilid 5, halaman 186-187, cet. Dar Ihya’ at-Turats
Al-‘Arabi.
7. Mashabih As-Sunnah, jilid 4, halaman 190,
no hadis: 4816, cet. Dar Ma’rifah, Bairut tahun 1407 H.
8. Jami’ul Ushul, jilid 1, halaman 278, no
hadis: 66, cet. Darul Fikr, Bairut tahun 1403 H.
9. Ash-Shawa’iqul Muhriqah, Ibnu Hajar,
halaman 90, 231, 233, cet Darul kutun ilmiyah, Bairut tahun 1414 H.
10. Usdul Ghabah, jilid 1, halaman 490, cet
Darul Fikr, Bairut tahun 1409 H.
11. Tafsir Ar-Razi, jilid 8, halaman 173.
12. Tafsir Al-Khazin, jilid 1, halaman 277,
cet Darul kutub ilmiyah, Bairut tahun 1415 H.
13. Kitab As-Sunnah oleh Ibnu Abi ‘Ashim,
halaman 336, no: 754, cet. Al-Maktab Al-‘Arabi, Bairut tahun 1405 H.
14. Majma’uz Zawaid, jilid 9, halaman 165,
cet. Darul kutun al-‘Arabi, Bairut tahun 1402 H.
15. Al-Jami’ush Shaghir bisyarhil Manawi,
jilid 3, halaman 14.
16. Faydhul Qadir, jilid 3, halaman 14,
syarah hadis ke 2631, cet Darul Fikr, Bairut tahun 1391 H.
17. Jami’ul Ushul 1/ 277.
18. Sunan Al-Darimi 2/ 310
19. Sunan Al-Baihaqi 2/ 148
20. Al-Bidayah wan-Nihayah 5/ 209
21. Kasyful Astar 3/ 221
22. Tarikh Baghdad 8/ 443
23. Tarikh Ash-Shaghir 1/ 302
24. Al-Ishabah, Ibnu hajar 7/ 78, no: 4767
25. As-Sirah Al-Halabiyah 3/ 274.
Para Perawi hadis Tsaqalayn dari kalangan
sahabat
1. Imam Ali bin Abi Thalib (as)
2. Imam Hasan bin Ali (as)
3. Abu Dzar Al-Ghifari
4. Salman Al-Farisi
5. Jabir bin Abdullah Al-Anshari
6. Abul Haytsim Ibnu An-Tihan
7. Hudzaifah Al-Yamani
8. Hudzaifah bin Asid Abu Syarikhah
9. Zaid bin Tsabit
10. Abu Said Al-Khudri
11. Khuzaimah bin Tsabit
12. Abdurrahman bin Auf
13. Thalhah
14. Abu Hurairah
15. Said bin Abi Waqqash
16. Abu Ayyub Al-Anshari
17. Amru bin Ash
18. Fatimah Az-Zahra’
19. Ummu Salamah Ummul mukminin
20. Ummu Hani (saudara perempuan Imam Ali as)
Para Perawi pasca sahabat:
1. Said bin Masruq Ats-Tsauri
2. Sulaiman bin Mahran Al-A’masy
3. Muhammad bin Ishaq, shahibus Sirah
4. Muhammad bin Sa’d, shahibuth Thabaqat
5. Abi Bukar bin Abi Syaibah
6. Ibnu Rahawaih, shahibul Musnad
7. Ahmad bin Hanbal, shahibul Musnad
8. Abd bin Humaid, shahibul Musnad
9. Muslim bin Hujjaj, penulis Shahih Muslim
10. Ibnu Majah Al-Qazwini, shahibus Sunan
11. Abu Dawud, shahibus Sunan
12. At-Tirmidzi, penulis shahih Tirmidzi
13. Abu Bakar Al-Bazzar, penulis Musnad.
14. An-Nasa’i shahibush Shahih
15. Abu Ya’la Al-Mawshili, shahibul Musnad
16. Ibnu Abi Ashim, penulis kitab As-Sunnah
17. Muhammad bin jarir, mufassir dan penulis
Tarikh.
18. Abul Qasim Ath-Thabrani, penulis Mu’jam
19. Abul hasan Ad-Daraquthni Al-Baghdadi
20. Al-Hakim An-Naisaburi, penulis
Al-Mustadrak
21. Abu Na’im Al-Isfahani
22. Abu Bakar Al-Baihaqi, penulis Sunan
al-Kubra
23. Ibnu Abd Al-Birr, penulis Al-Isti’ab
24. Al-Khathib Al-Baghdadi, penulis Tarikh
Baghdad
25. Razin Al-Abdari, penulis Al-Jam’u bayna
Ash-Shahhah As-Sunnah
26. Muhyissunnah Al-Baghawi, penulis
Mashahihus Sunnah
27. Al-Qadhi ‘Iyad, penulis kitab Asy-Syifa’
28. Ibnu Asakir Ad-Damsiqi, penulis Tarikh
Damsiq
29. Ibnu Atsir Al-Juzuri, penulis Usdul
Ghabah
30. Fakhrur Razi, penulis Tafsir Al-Kabir
31. Abu Zakariya An-Nawawi, penulis syarah
Shahih Muslim
32. Abul Hujjaj Al-Muzzi, penulis Tahdzibul
Kamal
33. Syamsuddin Adz-Dzahabi, penulis
kitab-kitab yang masyhur
34. Adh-Dhiya’ Al-Muqaddasi, pwnulis kitab
Al-Mukhtarah
35. Ibnu Katsir Ad-Damsiqi, mufassir dan
penulis Tarikh
36. Nuruddin Al-Haitsami, penulis kitab
Majma’uz zawaid
37. Jalaluddin As-Suyuthi, penulis
kitab-kitab yang terkenal
38. Syihabuddin Al-Qasthalani, pensyarah
Al-Bukhari.
39. Syamsuddin Ash-Shalihi Ad-Damsiqi, murid
As-Suyuthi, penulis Sirah An-
1. Nabawiyah.
40. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Asqalani.
41. Syamsuddin Ibnu Thulul Ad-Damsiki.
42. Syihabuddin Ibnu Hajar Al-Makki, penulis
Shawaiqul Muhriqah
43. Al-Muttaqi Al-Hindi, penulis Kanzul
Ummal.
44. Ali Al-Qari Al-Harawi.
45. Al-Mannawi, pensyarah Jamiush Shaghir.
46. Al-Halabi, penulis Sirah.
47. Dahlan, penulis Sirah.
48. Manshur bin Nashib, penulis At-Tajul
Jami’ lil-Ushul.
49. An-Nabhani, penulis terkenal.
50. Al-Mubarak Yuri, pensyarah shahih
Tirmidzi.
____________________________________________________________________________________
Siapakah Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi
Siapakah Syaikh Sulaiman Al-Qunduzi Al-Balkhi Al-Hanafi
Nama 12 Imam Yang Disebutkan dalam Hadis
Rasulullah (saww):
BAGIAN I
Selama ini banyak kalangan yang tidak
mengetahui siapa sebenarnya Syaikh Sulaiman al Qunduzi al Balkhi al Hanafi,
yang merupakan salah satu Ulama Sunni yang banyak mencatat riwayat-riwayat
mengenai keutamaan Rasulullah (saww) dan Ahlul Bait (as). Dan anehnya, oleh
kaum Nawashib, Syaikh Sulaiman Al Hanafi dituduh sebagai Syiah, apa motif
dibalik semua itu..?
Apakah kebiasaan kaum pembenci Syi’ah yang
suka menuduh seseorang yang banyak menulis keagungan Rasulullah (saww) dan
Ahlul Bait (as) pada khususnya langsung mereka vonis sebagai Syiah..!? hal ini
tak jauh beda dengan Ibn Abil Hadid seorang bermazhab Mu’tazilah yang mereka
katakan Syiah..!
Kaum pembenci Syi’ah seharusnya sadar bahwa
kedekilan otak mereka sampai detik ini bukanlah suatu yang asing, apakah mereka
tidak malu dengan cara mereka yang suka menyembunyikan keterangan yang jelas
bahkan terkadang memelintir sebuah riwayat atau membuangnya jika tidak sesuai
dengan nafsu mereka..!?
Sayikh Sulaiman Al Hanafi adalah salah satu
Mufti Agung Konstantinopel dan Ketua Kekhalifahan Utsmani, pusat Islam Sunni
pada masanya. Sangat tidak masuk akal jika dikatakan beliau sebagai Syiah dan
apakah logis orang Syiah menjadi mufti agung dalam kekahlifahan Ustmani
tersebut..?? Sedangkan Ottoman sangat tidak suka dengan Syiah atau siapapun
yang cenderung kepada Syiah..!
Bahkan sejarah tidak mencatat adanya
pengusiran atau tuduhan kepada Syaikh Sulaiman al Hanafi pada saat penulisan
kitab beliau yang agung yaitu Yanabiul Mawaddah, jika memang beliau seorang
Syiah maka pemerintahan Ottoman pasti akan menyingkirkannya.
Pandangan Sunni tentang Syaikh Sulaiman Al
Qunduzi Al Balkhi Al Hanafi
Dalam Kitab الأعلام :
“(Al Qunduzi) (1220-1270H) (1805-1863 M)
Sualyman putra dari Khuwajah Ibrahim Qubalan Al Husaini Al Hanafi Al Naqshbandi
al Qunduzi : Seorang yang shaleh, berasal dari Balakh, wafat di kota
Qustantinya, ia memiliki kitab “Yanabiul Mawaddah” yang berisi tentang keutamaan
Rasulullah dan Ahlul Baitnya”
(الأعلام, j.3, h.125)
Link Download Kitab الأعلام / موافق للمطبوع :
Klik disini
Umar Ridha Kahalah mencatat dalam معجم
المؤلفين :
Sulaiman Al Qunduzi (1220-1294 H) (1805-1877)
Sulaiman bin Ibrahim al Qunduzi al Balkhi al
Husaini al Hasymi, seorang Sufi, kitabnya (karyanya) : Ajma al Fawaid, Musyriq
al Akwan, Yanabiul Mawaddah….”
(Muajam al Mualfiin, oleh Umar Ridha Kahalah,
j. 4)
Link Download Kitab معجم المؤلفين / عمر رضا
كحالة
Klik disini
Ulama Sunni Ismail Basya Al Baghdadi (اسماعيل
باشا البغدادي) dalam هدية العارفين
Mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman ibn Khuwajah Qalan
Ibrahim ibn Baba Khawajah al Qunduzi al Balkhi al Sufi Al Husaini, tinggal di
Qustantinya, lahir pada tahun 1220 H dan wafat 1294″
(Hidyat al Arifin, j.1, h. 408)
Download kitab هدية العارفين اسماء المؤلفين
واثار المصنفين / موافق للمطبوع
Dalam ايضاح المكنون في الذيل على كشف الظنون
Ismail Basya Al Baghdadi juga mencatat :
“Al Qunduzi – Sulayman bin Khawaja Qalan
Ibrahim bin baba Khuwaja Al Qunduzi al Balkhi al Sufi al Husaini. Dia tinggal
di Qustantiya, lahir pada 1220 H dan wafat tahun 1294 H. Karyanya : Jama’ Al
Fawa’id, Masyriq al Akwan, Yanabiul Mawadah mengenai karakteristik Rasulullah
(saww) dan hadis dari Ahlul Bait”
Download kitab ايضاح المكنون oleh Ismail
Basya Al Baghdadi
Yusuf Alyan Sarkys mencatat dalam معجم
المطبوعات العربية, j.1 h.586 :
“Sulayman bin Khujah Qublan al Qunduzi al
Balkhi. (kitabnya) Yanabiul Mawadah berisi Keutamaan amirul Mu’minin Ali”
Sangat aneh jika dikatakan bahwa Syaikh
Sulayman yang bermazhab Hanafi ini di tuduh sebagai Syiah..! Kenyataannya
beberapa ulama Sunni (Mazhab Hanafi) seperti :
1. Saim Khisthi al Hanafi dalam Musykil
Kushah mengutip banyak Hadis dari Yanabiul Mawaddah yang disusun oleh Syaikh
Sulaiman al Hanafi.
2. Dr. Muhamad Tahir ul Qadri (“Hub Ali”
hal.28) mengacu pada Yanabiul Mawaddah ketika mengutip Hadis mengenai keutamaan
Ahlul Bait (as).
3. Mufti Ghulam Rasul (Hasab aur Nasab, j.1
h.191, London) juga mengacu pada Yanabiul Mawadah ketika mengutip hadis keutamaan
Ahlul Bait (as).
Jika memang Syaikh Sulayman Al Hanafi
dikatakan Syiah oleh kaum pembenci Syi’ah lalu apakah beberapa ulama terkemuka
Mazhab Hanafi yang disebutkan diatas begitu bodoh atau buta huruf hingga mereka
mengutip catatan ulama Syi’ah bagi para pembaca Sunni…? Alasan paling
dasar dibalik “pengecapan” dengan menyatakan figur yang sebenarnya Sunni
sebagai Syiah oleh kaum Nawashib adalah karena ulama sejati seperti Syaikh
Sulayman Al Hanafi dianggap berpihak kepada Syiah hanya karena banyak mencatat
hadis Rasulullah (saww) yang mana riwayatnya banyak dianggap sesuai dengan
keyakinan Syiah..!
BAGIAN II
Syaikh Sulayman Al Qunduzi Al Hanafi Mencatat
Nama-Nama Para Imam Yang Harus Di ikuti Setelah Rasulullah Saww Dalam Kitabnya
Yanabiul Mawaddah
Yanabiul Mawaddah (j.3, h.100-101) dan
Yanabiul Mawaddah (j.3 h.284, Tahqiq oleh Sayyid Ali Jamali Asyraf Al Husayni),
riwayat dari Jabir al-Anshari (ra) berkata :
Jundal bin Janadah berjumpa Rasulullah (saww)
dan bertanya kepada beliau beberapa masalah. Kemudian dia berkata :
Beritahukan kepadaku wahai Rasulullah tentang
para washi anda setelah anda supaya aku berpegang kepada mereka.
Beliau (saww) menjawab : “Washiku dua belas
orang.”
Lalu Jundal berkata : “Begitulah kami
dapati di dalam Taurat.”
Kemudian dia berkata : “Namakan mereka
kepadaku wahai Rasulullah.”
Maka Beliau (saww) menjawab :
“Pertama adalah penghulu dan ayah para washi
adalah Ali. Kemudian dua anak lelakinya Hasan dan Husain. Berpeganglah kepada
mereka dan janganlah kejahilan orang-orang yang jahil itu memperdayakanmu.
Kemudian Ali bin Husain Zainal Abidin, Allah akan mewafatkan (Ali bin Husain)
dan menjadikan air susu sebagai minuman terakhir di dunia ini.”
Jundal berkata :
“Kami telah mendapatinya di dalam Taurat dan
di dalam kitab-kitab para Nabi (as) seperti Iliya, Syibra dan Syabir. Maka ini
adalah nama Ali, Hasan dan Husain, lalu siapa setelah Husain..? siapa nama
mereka..?”
Bersabda(Rasulullah) saww :
Setelah wafatnya Husain, imam setelahnya
adalah putranya Ali dipanggil Zainal Abidin setelahnya adalah anak lelakinya
Muhammad, dipanggil al-Baqir. Setelahnya anak lelakinya Ja’far dipanggil
al-Shadiq. Setelahnya anak lelakinya Musa dipanggil al-Kadzim. Setelahnya anak
lelakinya Ali dipanggil al-Ridha. Setelahnya anak lelakinya Muhammad dipanggil
al Taqy Az Zaky. Setelahnya anak lelakinya Ali dipanggil al-Naqiy al-Hadi.
Setelahnya anak lelakinya Hasan dipanggil al-Askari. Setelahnya anak lelakinya
Muhammad dipanggil al-Mahdi al-Qa’im dan al-Hujjah.
Beliau ghaib dan akan keluar memenuhi bumi
dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana itu dipenuhi dengan kefasadan dan
kezaliman. Alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bersabar semasa
ghaibnya. Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bertaqwa terhadap
Hujjah mereka. Dan mereka itulah orang yang disifatkan oleh Allah di dalam
firmanNya “Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa yaitu mereka yang beriman kepada
yang ghaib.”(1) Kemudian beliau membaca “Maka sesungguhnya partai Allah itulah
yang pasti menang.”(2) Beliau bersabda : Mereka adalah dari partai Allah
(hizbullah).”
Riwayat seperti diatas tidak hanya satu dalam
kitab Yanabiul Mawaddah, namun ini sudah cukup sebagai bukti bahwa nama para
Imam Ahlul Bait telah dijelaskan oleh Rasulullah (saww) dan tercatat dalam
Kitab Sunni sendiri.
[1]. Surah al-Baqarah (2) : 2-3
[2]. Surah al-Mai’dah (5) :56
*************************************************************************************
Jabir bin Abdillah berkata:”ketika ayat 55
dari surat Nisa turun yang menegaskan ”taatilah Allah, dan taatilah rasul, dan
para pemimin dari kalian” aku bertanya pada rasul SAWW, “kami telah mengetahui
tuhan dan rasulnya, namaun Ulil Amr yang wajib kita taati tersebut belum kami
ketahui, siapakah gerangan mereka itu? Beliau bersabda:”mereka penggantiku,
para Imam dan pemimpin sepeninggalku, yang pertama Ali, kemudian secara
berurutan Hasan pura Ali, Husain putra Ali, Ali putra Al Husain, Muhammad putra
Ali yang dalam Taurat dikenal dengan Baqirul Ulum, dan kamu pada suatu saat
akan berjumpa dengannya, dan kapanpun kau menjumpainya sampaikanlah salamku
padanya. Kemudian setelahnya secara urut Ja’far putra Muhammad, Musa putra
Ja’far, Ali putra Musa, Muhammad putra Ali, Ali putra Muhammad, Hasan putra
Ali, dan kemudian putranya yang nama dan kunyahnya (panggilan) sama dengan ku.
Tuhan akan menjadikannya pemimin bagi dunia, dan ia akan tersembunyi dari
pandangan dan penglihatan, dan ia akan gaib lama sekali. Sampai suatu saat di
mana hanya ada orang-orang yang memiliki keiman yang kokoh, yang teruji dan
mendalam akan keyakinan terhadap kepemimpinannya. [Muntakhabul Atsar, halaman
101.]
Riwayat-Riwayat Dari Ahli Sunnah Berkenaan
Dengan Ke-Imamahan 12 Orang Imam
Tepat sekali kalau pada kajian ini kita
bawakan riwayat- riwayat tentang ke-Imamahan para Imam 12 yang termuat dalam
kitab-kitab standar Ahli Sunnah, riwayat- riwayat tersebut diantaranya:
Bukhari menukil dari Jabir bin Samarah:”Aku
mendengar rasul bersabda:”setelahku 12 orang pemimpin akan datang.” Saat itu
beliau melanjutkan ucapannya yang tak terdengar olehku kemudian ayahku berkata
bahwa keseluruhan imam tersebut semuanya dari bangsa Quraisy.” [Sahih Bukhari,
jild 9, bab Istikhlaf, halaman 81.]
dari Jabir bin Samurah, ia berkata, “Saya
masuk bersama ayah saya kepada Nabi SAW. maka saya mendengar beliau berkata,
‘Sesungguhnya urusan ini tidak akan habis sampai melewati dua belas khalifah.’
Jabir berkata, ‘Kemudian beliau berbicara dengan suara pelan. Maka saya
bertanya kepada ayah saya, ‘Apakah yang dikatakannya?’ Ia berkata, ‘Semuanya
dari suku Quraisy.’ Dalam riwayat yang lain disebutkan, ‘Urusan manusia akan
tetap berjalan selama dimpimpin oleh dua belas orang.’ Dalam satu riwayat
disebutkan. ‘Agama ini akan senantiasa jaya dan terlindungi sampai dua belas
khalifah. (H.R.Shahih Muslim, kitab “kepemimpinan”, bab”manusia pengikut bagi
Quraisy dan khalifah dalam kelompok Quraisy”)
Muslim juga menukil dari Jabir bin
samarah:”aku mendengar rasul SAWW bersabda:”Islam akan memiliki pemimpin sampai
12 orang. Kemudian beliau bersabda yang tak bisa kupahami. Aku bertanya pada ayahku
tentang apa yang tidak aku pahami itu, ia berkata:”beliau bersabda semuanya
dari kaum Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li
quraisy, halaman 3.]
Muslim dari Jabir juga menukil, ia (Jabir)
berkata:”aku dan ayahku berjalan bersama rasul SAWW saat itu beliau
bersabda:”agama ini akan memiliki 12 pemimpin, yang kesemuanya dari bangsa
Quraisy. [Sahih Muslim, jild 6, kitab Al-Amarah, bab annas taba’un li quraisy,
halaman 3.]
Muslim juga menukil dari Jabir:”aku mendengar
rasul bersabda:”agama Islam akan langgeng sampai hari kiamat nanti, sampai dua
belas orang khalifah memerintah yang kesemuanya dari Quraisy.
Agama ini akan tetap tegak berdiri dengan
kepemimpinan dua belas orang khalifah, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh riwayat-riwayat
sebelumnya. Pada saat yang sama terdapat riwayat-riwayat yang menekankan
keseiringan Ahlul Bait dengan Kitab Allah. Ini merupakan sebaik-baiknya dalil
yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan “dua belas orang khalifah” itu
adalah para Imam dari kalangan Ahlul Bait.
Al-Qanduzi al-Hanafi sendiri telah menukilnya
di dalam kitabnya Yanabi’ al-Mawaddah. Pada mawaddah kesepuluh dari kitab
Mawaddah al-Qurba, bagi Sayyid Ali al-Hamadani —semoga Allah SWT mensucikan
jalannya dan mencurahkan keberkahannya kepada kita— disebut-kan, “Dari Abdul
Malik bin ‘Umair, dari Jabir bin Samrah yang ber-kata, ‘Saya pernah bersama
ayah saya berada di sisi Rasulullah saw, dan ketika itu Rasulullah saw
bersabda, ‘Sepeninggalku akan ada dua belas orang khalifah.’ Kemudian
Rasulullah saw menyamarkan suar-anya. Lalu saya bertanya kepada ayah saya,
‘Perkataan apa yang disamarkan olehnya?’ Ayah saya menjawab, ‘Rasulullah saw
berkata, ‘Semua berasal dari Bani Hasyim.”
Bahkan Al-Qanduzi meriwayatkan banyak hadis
lain yang lebih jelas dari hadis-hadis di atas. Al-Qanduzi telah meriwayat dari
‘Abayah bin Rab’i, dari Jabir yang mengatakan, “Rasulullah saw telah bersabda,
‘Saya adalah penghulu para nabi dan Ali adalah penghulu para washi, dan
sesungguhnya para washi sepeninggalku berjumlah dua belas orang. Yang pertama
dari mereka adalah Ali, dan yang terakhir dari mereka adalah al-Qa’im
al-Mahdi.”‘
Hadis Tsaqalain maka kelihatan jelas bahwa 12
Imam adalalah dari Ithrahti Ahlulbait.
Ulama terkenal Al-Dhahabi mengatakan dalam
bukunya Tadzkirat al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani
menyatakan dalam al-Durar al-Kaminah, jilid 1, hal. 67 bahwa Sadruddin Ibrahim
bin Muhammad bin al-Hamawayh al-Juwayni al-Shafi’i (disingkat Al-Juwayni)
adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni. Al-Juwayni menyampaikan dari Abdullah
bin Abbas (ra) bahwa Nabi (sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan
Ali bin Abi Thalib adalah pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua
belas penerus. Yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah
Al-Mahdi.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan dari Ibnu Abbas
(r) bahwa Rasulullah (sawa) berkata: ”Sudah pasti bahwa wakil-wakilku dan Bukti
Allah bagi makhluk sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka
adalah saudaraku dan yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya:
“Wahai Rasulullah, siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi
Thalib.” Lalu beliau ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi
yang suci (sawa) menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan
persamaan ketika ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang
Mengangkatku sebagai pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski
seandainya masa berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan
memperpanjang hari itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan
disusul Ruhullah Isa bin Maryam (a.s.) yang turun ke bumi dan berdoa di
belakangnya (Mahdi). Dunia akan diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan
mencapai hingga ke timur dan ke barat.”
Al-Juwayni juga meriwayatkan bahwa Rasulullah
(saw) mengatakan: ”Aku dan Ali dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu
Husain adalah yang disucikan (dari dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwayni,
Fara'id al-Simtayn, Mu'assassat al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, p. 160.]
Sekaitan dengan ayat di atas, Jabir bin Abdillah bertanya, “Ya Rasulullah,
Siapa kah orang-orang yang wajib ditaati seperti yang diisyaratkan dalam ayat
ini?” Rasulullah saaw menjawab, “Yang wajib ditaati adalah para khalifahku
wahai Jabir, yaitu para Imam kaum Muslimin sepeninggalku nanti. Imam pertama
mereka adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan, kemudian Husein, kemudian Ali
bin Husein, kemudian Muhammad bin Ali yang telah dikenal di dalam kitab Taurat
dengan nama “Al-Baqir” dan engkau akan berjumpa dengannya wahai Jabir. Apabila
engkau nanti berjumpa dengannya, maka sampaikanlah salamku kepadanya. Kemudian
setelah itu As-Shadiq Ja’far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja’far, kemudian
Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin Ali, kemudian Ali bin Muhammad, kemudian
Hasan bin Ali,kemudian yang terakhir ialah Al-Mahdi bin Hasan bin Ali
sebagai Hujjatullah di muka bumi ini dan Khalifatullah yang terakhir. ( Rujuk
ke Ghayah al-Maram, jilid 10, hal. 267, Itsbat al-Hudat, jilid 3/123 dan
Yanabi’ al-Mawaddah, hal. 494, 443-Qundusi al hanafi )
Seorang ulama Ahlusunah terkemuka bernama
Al-Juwaini menukil sebuah riwayat, “Ketika ayat tersebut turun, Abu Bakar dan
Umar berkata, ‘Ya Rasul Allah, apakah kepemimpinan ini dikhususkan untuk Ali?’
Rasul menjawab, ‘Ya, wilayah (kepemimipinan)
ini diturunkan untuknya dan untuk para washi-ku sampai Hari Kiamat.’
Lalu kedua orang itu berkata lagi, ‘Ya Rasul
Allah, jelaskanlah kepada kami siapa sajakah mereka itu?’
Beliau menjawab, ‘Mereka itu adalah Ali, ia
adalah saudaraku, wazirku, pewarisku, washiku dan khalifahku bagi umatku, dan
dialah wali (pemimpin) setiap mukmin sepeninggalku, kemudian setelahnya adalah
cucuku Al-Hasan, kemudian cucuku Al-Husein dan kemudian sembilan orang dari
putra-putra keturunan Al-Husein secara berurutan. Al-Qur’an senantiasa bersama
mereka, sebagaimana mereka selalu bersama Al-Qur’an, keduanya itu tidak akan
pernah berpisah hingga mereka menjumpaiku di telaga Surga.”[ Ghayatul Maram,
bab 58, hadis ke-4.]
"Yanabiul Mawaddah" (Tahqiq, Sayyid
Ali Jamal Asyraf Al Husayni) Karya Ulama Sunni : Syaikh Sulayman Al Qunduzi
al-Balkhi al-Hanafi
*************************************************************************
HADIS HADIS TENTANG 12 IMAM
Walaupun Muslim Syiah tidak menggunakan
dasar-dasar keyakinan mereka dengan hadis-hadis yang biasa digunakan saudara
mereka Muslim Sunni, namun ternyata hal itu pun tercatat pada banyak
hadis-hadis Sunni. Yang sering saya herankan adalah tingkah “ustadz-ustadz”
Anti Syi’ah yang sok tahu tentang keyakinan Muslim Syiah tanpa mempelajari
terlebih dahulu apa yang mendasari keyakinan Muslim Syiah. Begitu pun terhadap
muslim lainnya, dengan gegabah dan serampangan mereka melancarkan berbagai
tuduhan dan fitnah keji. Seperti keyakinan atas 12 imam yang dianut Muslim
Syiah, seharusnya mereka mengetahui bahwa hadis-hadis tentang 12 imam atau
khalifah itu ternyata juga terdapat di dalam hadis-hadis Ahlus Sunnah yang
diyakini berasal dari Rasulullah saw. Hadis-hadis ini terdapat diriwayatkan di
dalam berbagai kitab Sunni seperti : Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih
Tirmidzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal.
Jika mereka tidak mengetahui hal ini, mengapa
begitu cepat dan mudahnya tuduhan-tuduhan keji dilemparkan kepada saudara Muslim
mereka sendiri? Jika mereka mengetahui hal ini, bukankah berarti mereka telah
menyebarkan kebohongan di antara umat Muslim lainnya? Kami berlindung kepada
Allah Swt dari perbuatan-perbuatan semacam ini!
Sekarang kita lihat dari mana sebenarnya
sumber pemikiran Muslim Syiah tentang 12 Imam berasal?
1. Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim,
diriwayatkan dari Jabir bin Samrah, ia berkata: Aku bersama ayahku menemui
Rasulullah Saw, lalu aku mendengar beliau bersabda: “Sesungguhnya urusan ini
tidak akan berakhir sebelum 12 orang khalifah (pemimpin) memerintah mereka.”
Kemudian beliau berbicara dengan suara perlahan sehingga aku tidak dapat
mendengarnya. Lalu aku bertanya kepada ayahku: Apakah yang beliau katakan?
Ayahku menjawab: Semua khalifah itu berasal dari kaum Quraisy.
Memang ada perbedaan kata imam dan khalifah
di sini, namun jika kita teliti ternyata kedua-duanya bermakna :
pemimpin.
2. Dengan teks yang berbeda Muslim
meriwayatkan di dalam Shahih-nya yang juga dari Jabir bin Samurah, yang mengatakan
: aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : “Islam akan tetap jaya sampai ada 12
khalifah.” Kemudian Rasulullah Saw mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
Lalu aku bertanya kepada ayahku : Apa yang beliau katakan? Ayahku mengatakan :
mereka (ke-12 khalifah) itu berasal dari kaum Quraisy.
3. Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abu
Waqqas yang mengatakan : Aku menulis (sebuah surat) untuk Jabir bin Samurah dan
mengirimkannya melalui pelayanku, Nafi’, untuk meminta kepadanya (Jabir bin
Samurah) agar memberitahu kepadaku sesuatu yang pernah ia dengar dari
Rasulullah Saw. Dia (Jabir) menulis (surat jawaban) kepadaku : Aku telah
mendengar Rasulullah Saw, pada Jumat malam, pada hari al-Aslami dihukum rajam
sampai mati (karena berzina): (Rasulullah Saw bersabda) : Islam akan tetap
tegak sampai Hari Kiamat, atau kalian akan diperintah oleh 12 khalifah, mereka
semua berasal dari Quraisy…”
4. Juga diriwayatkan dari Jabir bin Samurah
yang mengatakan : Aku pergi bersama ayahku menemui Rasulullah Saw dan kudengar
beliau bersabda: Agama ini akan tetap bertahan, kokoh dan jaya sampai
berlangsung 12 khalifah. Kemudian beliau menambahkan kata-kata yang tak dapat
kutangkap karena suara berisik banyak orang. Lalu kutanyakan kepada ayahku: Apa
yang beliau katakan? Ayahku menjawab: Beliau mengatakan semua khalifah itu
berasal dari Quraisy.
5. Dengan teks yang hampir sama.
Musnad Ahmad No. 3593
حَدَّثَنَا حَسَنُ بْنُ مُوسَى حَدَّثَنَا
حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنِ الْمُجَالِدِ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ فَ…قَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَلْ سَأَلْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ تَمْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ مِنْ خَلِيفَةٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ مُنْذُ قَدِمْتُ الْعِرَاقَ قَبْلَكَ ثُمَّ قَالَ نَعَمْ وَلَقَدْ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اثْنَا عَشَرَ كَعِدَّةِ نُقَبَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ وَهُوَ يُقْرِئُنَا الْقُرْآنَ فَ…قَالَ لَهُ رَجُلٌ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ هَلْ سَأَلْتُمْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ تَمْلِكُ هَذِهِ الْأُمَّةُ مِنْ خَلِيفَةٍ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ مَا سَأَلَنِي عَنْهَا أَحَدٌ مُنْذُ قَدِمْتُ الْعِرَاقَ قَبْلَكَ ثُمَّ قَالَ نَعَمْ وَلَقَدْ سَأَلْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ اثْنَا عَشَرَ كَعِدَّةِ نُقَبَاءِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Telah menceritakan kepada kami [Hasan bin
Musa] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Zaid] dari [Al Mujalid] dari
[Asy Sya'bi] dari [Masruq] ia berkata; Tatkala kami duduk-duduk bersama
Abdullah bin Mas’ud, saat itu ia sedang membacakan Al Qur`an kepada kami, lalu
seorang laki-laki berkata kepadanya; Wahai Abu Abdurrahman, apakah kalian
pernah menanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam BERAPAKAH UMAT
INI MEMILIKI KHALIFAH? [Abdullah bin Mas'ud] berkata; Tidak ada seorang pun
yang menanyakan hal itu kepadaku sejak aku datang ke Iraq sebelum engkau,
kemudian ia melanjutkan; Ya, kami pernah menanyakan kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam, lalu beliau menjawab: “Sebanyak DUA
BELAS orang seperti jumlah pemimpin bani Israil.”
Hadis-hadis yang diungkapkan di atas belumlah
seluruhnya. Masih banyak hadis lainnya yang bernada serupa namun karena
keterbnatasan waktu dan ruang di sini maka saya kira semua informasi itu sudah
lebih dari cukup. Lalu pertanyaan saya : Apakah hadis-hadsi yang sedemikian banyak
dan shahih ini tidak pernah dibaca oleh “ustadz-ustadz” Anti Syi’ah itu? Jika
belum, maka saya sarankan mereka untuk lebih banyak memperdalam terlebih dahulu
ketimbang berfatwa serampangan dan melakukan adu domba antar umat Islam.
Ingatlah hadis Nabi Saw yang dirwayatkan oleh syaikhan : “Tidak akan masuk
surga orang yang suka mengadu domba (al-Nammâm)”
6. Shahih al-Bukhari, vol. 4, halaman
168
Jabir berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda, ‘Akan ada 12 pemimpin dan khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan
sesuatu yang tidak bisa kudengar. Ayahku berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
‘Semuanya dari golongan Qurays’”
(Lihat Kitab al-Ahkam, Mesir 1351, no. 6682;
lihat juga Shahih Muslim, Kitab al-‘Imarah, no. 3393, 3394, 3395, 3396, dan
3397; juga Sunan at-Turmudzi, Kitab al-Fitan, no. 2149; juga Sunan Abi Dawud,
Kitab al-Mahdi, no 3731 dan 3732; juga Musnad Ahmad, Musnad al-Basyiryin, no.
19875, 19901, 19920, 19963, 20017, 20019, 20032, dan 20125)
7. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 4 (Syarh
Nawawi)
Rasulullah saw telah bersabda, “Agama ini
akan tetap berdiri sampai 12 khalifah, yang semuanya dari golongan Qurays,
memerintah atas kamu.” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
8. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan, “Aku dan ayahku pergi menemui
Rasulullah saw. Kami mendengarnya bersabda, ‘Persoalan ini (khilafah) tidak
akan berakhir sampai datang 12 khalifah.’ Kemudian beliau menambahkan sesuatu
yang tidak kudengar. Aku menanyakan pada ayahku apa yang Rasulullah saw
sabdakan. Beliau saw bersabda, ‘Semuanya dari golongan Qurays’” (Lihat Kitab
al-Imarah, no. 3398, Mesir 1334)
9. Shahih Muslim, vol. 6, halaman 3
Jabir meriwayatkan bahwa ia mendengar
Rasulullah saw yang agung bersabda, “Islam akan selalu besar hingga datang 12
Imam.” (Jabir berkata), “Kemudian beliau mengatakan sesuatu yang tidak
kumengerti. Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau katakana?’ Ia menjawab,
‘Semuanya dari golongan Qurays.’” (Lihat Kitab al-Imarah, no. 3398)
10. Shahih at-Tirmidzi, vol. 2, halaman 45
Jabir berkata, “Rasulullah saw bersabda,
‘Akan ada 12 Imam dan pemimpin setelahku.’ Kemudian beliau mengatakan sesuatu
yang tidak dapat kumengerti. Aku menanyakan pada seseorang di sampingku tentang
itu. Ia berkata, ‘Semuanya dari golongan Qurays.’”
(Lihat cetakan New Delhi (tahun 1342), no.
2149. Tirmidzi menulis tentang hadits ini, “Hadits ini baik dan shahih,
diriwayatkan oleh Jabir dari jalur sanad yang berbeda. Hal yang sama dikutip
dari Jabir dalam ‘Shahih Abi Daud’, vol. 2, cet. Matba’a Taziyah, Mesir. Kitab
al-Manaqib halaman 207 no. 3731)
11. Musnad Ahmad, vol. 5, hal. 106
Rasulullah bersabda, “Terdapat dua belas
khalifah untuk umat ini”
Catatan: Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad
mengutip hadits tentang persoalan ini dalam tiga puluh empat rantai hadits yang
berlainan dari Jabir.
(Lihat: Matba’a Miymaniyyah, Mesir 1313,
Musnad al-Basriyyin, no. 19944)
12. Shahih Abu Daud, vol. 2, hal. 309
“Agama ini akan tetap agung sampai datang dua
belas Imam.” Mendengar hal ini, orang-orang mengagunkan Allah dengan berkata, “Allahu
Akbar” (Allah maha besar) dan menangis keras. Kemudian beliau mengatakan
sesuatu dengan suara yang pelan. “Aku bertanya pada ayahku, ‘Apa yang beliau
katakan?’ ‘Mereka semua dari golongan Qurays,’ jawabnya.”
Catatan: Hakim Naysaburi meriwayatkan hadits
ini dengan sanad yang berbeda dari yang sebelumnya disebutkan.
(Lihat: Edisi pertama dari ‘Dar- Al-Fikr,
1334)
Seperti sudah kita yakini bersama bahwa jika
seseorang benar-benar memperdalam pengetahuan agamanya dengan cara yang benar,
mestinya dia akan menjadi semakin arif dan semakin toleran terhadap pemikiran
dan keyakinan orang lain. Namun jika seseorang “memperdalam” agamanya lalu dia
menjadi sedemikian fanatik dan tidak toleran maka bisa dipastikan telah terjadi
penyimpangan di dalam penanaman “pengetahuan”. Seperti yang saya ketahui, bahwa
umumnya penyimpangan terjadi karena pengetahuan agama yag diajarkan tidak
secara alami, yaitu dengan cara indoktrinasi atau brain-washing; atau dengan
kata lain doktrin-doktrin “agama” dijejalkan secara paksa dan sistematis.
Akhirnya dari sebagian hadis shahih yang saya
ungkapkan di atas dapat kita ketahui bahwa keyakinan 12 imam yang dianut oleh
Muslim Syiah bukanlah berasal dari Yahudi maupun Nasrani seperti yang
disebarkan oleh kaum Wahabi yang kita yakini adalah antek-antek AS dan Zionis
Israel. Mereka inilah cikal bakal kaum teroris al-Qaeda yang tersebar di
seluruh dunia. Mereka didoktrin, dicuci otak dan pikiran mereka dimanipulasi
untuk menyebarkan teror dan adu domba antar kaum Muslim di dunia. Kita melihat
sendiri bahwa hadis-hadis yang diungkapkan di atas adalah sabda-sabda Rasul Saw
yang memang benar-benar terdapat di dalam literatur Islam. Akhirnya tulisan ini
saya tutup dengan doa: semoga mereka, kaum Wahabi yang membaca tulisan ini
segera merekonstruksi pemikiran mereka.
Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada
daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah jua!
Catatan kaki:
1. Hadis ini sudah tidak asing lagi bagi
mereka yang sering mengkaji hadis-hadis Bukhari Muslim, namun anehnya para
“ustadz” Wahabi seolah-olah tidak pernah mendengar hadis ini sehingga dengan
nekadnya mencerca Muslim Syiah bahwa mereka (Muslim Syiah) mengambil akidah 12
imam dari Yahudi dan Nasrani. Oleh karena itu saya persilahkan pembaca membuka
kitab hadis :
- Shahih Bukhari, hadis no. 6682.
- Shahih Muslim, Bab Imarah, hadis no. 3393
- Al-Tirmidzi, hadis no. 2149
- Abu Dawud, Bab al-Mahdi, hadis no. 3731
- Ahmad bin Hanbal, Bab 5, hlm. 87, 90, 92,
95, 97, 99, 100, 101, 106, 107, 108.
Hadis di atas saya kutip dari situs Kerajaan
Saudi yang bermazhab Wahabi dan insya Allah Anda bisa langsung mengkliknya :
2. Kata al-khilafah bermakna al-niyabah
‘an al-ghayr atau pengggantian juga berarti : al-imamah al-‘uzhma
atau kekhalifahan atau kepemimpinan yang agung. Lihat Kamus al-Munawwir hlm.
393, Catakan th. 1984. Contoh faktualnya adalah Sayyidina Ali bin Abi Thalib
yang diangkat sebagai khalifah. Dan di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa
Rasulullah Saw bersabda : “Inilah dia saudaraku, penerima wasiatku (al-washî)
dan khalifahku (khalîfatî)…” Rujukan :
- Târikh al-Thabarî Jil. 2, hlm. 319, dan
- al-Kâmil fî al-Târikh li Ibni al-Atsîr
Jil. 2 hlm. 63.
Sementara itu dikalangan Muslim Syiah,
Sayyidina Ali juga dianggap sebagai salah seorang dari 12 imam mereka.
3. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no.
4480
4. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no.
4483
5. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no.
4482
6. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no.
4481
7. Shahih Muslim, Kitab al-Imarah, hadis no.
4477
8. Shahih Bukhari, Muslim, Abu dawud dan
Tirmidzi dari sahabat Hudzaifah al-Yamani. Al-Dzahabi memasukkan dosa nammâm
atau namîmah (mengadu domba) sebagai salah satu dari dosa-dosa besar.
Lihat kitab al-Kabâir karangan Muhammad bin ‘Utsman al-Dzhaby.
*****************************************************************************************************
12 Imam Ahlul Bait Ada Dalam Al Qur’an
Dr. Majdi Wahbe as Syafi’i (Khatib al Azhar)
berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al Quran
Salah seorang pemerhati Agama Mesir dan
Khatib Universitas al Azhar berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait
(as) melalui Al Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu
membuktikan kebenaran 12 imam yang dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir,
yaitu Imam Mahdi (as).
Menurut kantor berita Abna, DR. Majdi Wahbe
as Syafi’i berhasil menetapkan jumlah para imam Ahlul Bait (as) melalui Al
Quran. Berdasarkan laporan ini disebutkan bahwa beliau mampu membuktikan
kebenaran 12 imam yang
dimulai dari Imam Ali sampai Imam terakhir,
yaitu Imam Mahdi (as). Berita ini disebutkan dalam salah satu majalah berita
Mesir dimana di situ dijelaskan: Tak diragukan lagi bahwa jumlah/angka dalam Al
Qur’an itu memiliki dalil
tersendiri. Misalnya, kata “yaum” (hari) yang
berjumlah 365 kali diulang dalam Al Qur’an menunjukkan bilangan hari selama
satu tahun, demikian juga kata “syaher” (bulan) yang berulang sebanyak 12 kali
menunjukkan bahwa selama 1 tahun itu terdapat 12 bulan.
Kemudian laporan itu melanjukan: Kata yang
merupakan derivasi (pecahan)
dari “al imamah” (imam/kepemimpinan) juga
berulang sebanyak 12 kali
dalam Al Qur’an yang bermakna 12 imam dimana
berdasarkan riwayat yang dinukil
dari Nabi saw urutannya adalah dari Imam Ali
(as), Imam Hasan (as) dan Imam
Husain serta mencakup 9 Imam dari keturunan
Imam Ketiga.
Dua belas (12) Ayat Al Quran yang mencakup
kata “imam dan
imamah”, yaitu:
- سورة البقرة، الآية 124: {وَإِذِ ابْتَلَى
إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ
بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي
جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَاماً قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِي قَالَ لاَ يَنَالُ
عَهْدِي الظَّالِمِين}.
2- سورة
التوبة، الآية 12: {وَإِن نَّكَثُواْ
أَيْمَانَهُم مِّن بَعْدِ عَهْدِهِمْ
وَطَعَنُواْ فِي دِينِكُمْ فَقَاتِلُواْ
أَئِمَّةَ الْكُفْرِ
إِنَّهُمْ لاَ أَيْمَانَ لَهُمْ لَعَلَّهُمْ
يَنتَهُونَ}.
3- سورة هود،
الآية17: {أَفَمَن كَانَ عَلَى بَيِّنَةٍ مِّن
رَّبِّهِ وَيَتْلُوهُ شَاهِدٌ
مِّنْهُ وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى
إَمَاماً
وَرَحْمَةً أُوْلَـئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَمَن
يَكْفُرْ بِهِ مِنَ الأَحْزَابِ
فَالنَّارُ مَوْعِدُهُ فَلاَ تَكُ فِي مِرْيَةٍ
مِّنْهُ إِنَّهُ الْحَقُّ مِن
رَّبِّكَ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ
يُؤْمِنُونَ }.
4- سورة
الاسراء، الآية70: {يَوْمَ نَدْعُو كُلَّ
أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُوْلَـئِكَ
يَقْرَؤُونَ كِتَابَهُمْ
وَلاَ يُظْلَمُونَ فَتِيلا}.
5- سورة
الانبياء، الآية 72: {وَجَعَلْنَاهُمْ
أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا
إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ
الصَّلاةِ وَإِيتَاء الزَّكَاةِ وَكَانُوا
لَنَا عَابِدِين}.
6- سورة القصص،
الآية 5: {وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى
الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الاَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ
الْوَارِثِين}.
7- سورة الحجر،
الآية 79: {فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ
وَإِنَّهُمَا لَبِإِمَامٍ
مُّبِينٍ }.
8- سورة
السجدة، الآية 24: {وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ
أَئِمَّةً
يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا
وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون}.
9- سورة يس،
الآية 12: {إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا
وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي
إِمَامٍ
مُبِينٍ }.
10- سورة
القصص، الآية 41: {وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً
يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ
الْقِيَامَةِ لا يُنصَرُون}.
11- سورة
الفرقان، الآية 74: {وَالَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً}.
12- سورة
الأحقاف، الآية 12: {وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ
مُوسَى إِمَاماً
وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ
لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ
ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ}.
Yang menarik Khatib Masjid al Azhar ini juga
membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul Bait –sebagaimana yang termaktub
dalam surah al Ahzab, ayat 33 itu hanya 5 orang (yaitu Rasul saw, Ali, Fatimah,
Hasan dan Husain) dan sama sekali tidak
mencakup istri-istri Nabi saw, sebagaimana
diriwayatkan sendiri oleh Ummu Salamah. Hal ini ditegaskan oleh Nabi saw dalam
hadisnya yang terkenal dengan “hadis kisa”. (Kisa berarti kain penutup). Beliau
menyatakan bahwa kata kisa’ pun lima kali disebutkan dalam al Quran, yaitu:
1- سورة البقرة، الآية 233: {وَالْوَالِدَاتُ
يُرْضِعْنَ
أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ
أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
وَعلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ
وَكِسْوَتُهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ
وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ
بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودٌ لَّهُ بِوَلَدِهِ
وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ
فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ
مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدتُّمْ أَن
تَسْتَرْضِعُواْ أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ
عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّا آتَيْتُم
بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُواْ اللّهَ
وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِير}.
2- سورة
البقرة، الآية 259: {أَوْ كَالَّذِي مَرَّ
عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى
عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىَ يُحْيِـي هَـَذِهِ
اللّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ
اللّهُ مِئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ
لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْماً
أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِئَةَ
عَامٍ فَانظُرْ إِلَى طَعَامِكَ
وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانظُرْ إِلَى
حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً
لِّلنَّاسِ وَانظُرْ إِلَى العِظَامِ كَيْفَ
نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْماً فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ
أَعْلَمُ أَنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِير}.
3- سورة
المائدة، الآية 89: {لاَ يُؤَاخِذُكُمُ اللّهُ
بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ
وَلَـكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ
الأَيْمَانَ فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ
عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا
تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ أَوْ تَحْرِيرُ رَقَبَةٍ فَمَن لَّمْ
يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ ذَلِكَ
كَفَّارَةُ أَيْمَانِكُمْ إِذَا
حَلَفْتُمْ وَاحْفَظُواْ أَيْمَانَكُمْ
كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُون}.
4- سورة
المؤمنون، الآية 14: {ثُمَّ خَلَقْنَا
النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ
عِظَاماً فَكَسَوْنَا
الْعِظَامَ لَحْماً ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقاً
آخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ
أَحْسَنُ الْخَالِقِين}.
5- سورة
النساء، الآية 5: {وَلاَ تُؤْتُواْ السُّفَهَاء
أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ
اللّهُ لَكُمْ قِيَاماً وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا
وَاكْسُوهُمْ
وَقُولُواْ لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفا}.
Muhammad Rasulullah , Imam Ali, Sayyidah
Fathimah az Zahra, Imam Hasan, Imam Husayn a.s.
__________________________________________________________________________
Pendapat Ulama Sunni Tentang 12 Pemimpin
__________________________________________________________________________
Pendapat Ulama Sunni Tentang 12 Pemimpin
BAGIAN I
Hadis 12 Pemimpin
روى جابر بن سَمُرة فقال: سمعتُ النبيّ
صلّي الله عليه [وآله] وسلّم يقول: يكون اثنا عشر أميراً. فقال كلمةً لم أسمعها،
فقال أبي: أنّه قال: كلّهم من قريش.
Jabir bin Samurah meriwayatkan, “Aku
mendengar Nabi (saww) berkata” :”Kelak akan ada Dua Belas Pemimpin.” Ia lalu
melanjutkan kalimatnya yang saya tidak mendengarnya secara jelas. Ayah saya
mengatakan, bahwa Nabi menambahkan, ”Semuanya berasal dari suku Quraisy.”[Sahih
Bukhari (inggris), Hadits: 9.329, Kitabul Ahkam; Sahih al-Bukhari (arab) , 4:165,
Kitabul Ahkam]
BAGIAN II
Pendapat Para Ulama Sunni
Ibn Arabi
…فعددنا بعد رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم اثني عشر أميرًا، فوجدنا أبابكر، عمر، عثمان، عليًّا، الحسن، معاوية، يزيد، معاوية بن يزيد، مروان، عبد الملك بن مروان، الوليد، سليمان، عمر بن عبد العزيز، يزيد بن عبدالملك ، مروان بن محمد بن مروان، السفّاح،… وبعده سبعة وعشرون خليفة بن بني العبّاس. وإذا عددنا منهم اثني عشر انتهي العدد بالصّورة إلي سليمان بن عبد الملك. وإذا عددناهم بالمعني كان معنا منهم خمسة، الخلفاء الاربعة، وعمر بن عبد العزيز.
Ibn Arabi
…فعددنا بعد رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم اثني عشر أميرًا، فوجدنا أبابكر، عمر، عثمان، عليًّا، الحسن، معاوية، يزيد، معاوية بن يزيد، مروان، عبد الملك بن مروان، الوليد، سليمان، عمر بن عبد العزيز، يزيد بن عبدالملك ، مروان بن محمد بن مروان، السفّاح،… وبعده سبعة وعشرون خليفة بن بني العبّاس. وإذا عددنا منهم اثني عشر انتهي العدد بالصّورة إلي سليمان بن عبد الملك. وإذا عددناهم بالمعني كان معنا منهم خمسة، الخلفاء الاربعة، وعمر بن عبد العزيز.
ولم أعلم للحديث معني. ابن العربيّ، «شرح
سنن التّرمذيّ» 9: 68 ـ 69
Kami telah menghitung pemimpin (Amir-Amir)
sesudah Nabi (sawa) ada dua belas. Kami temukan nama-nama mereka itu sebagai
berikut: Abubakar, Umar, Usman, Ali, Hasan, Muawiyah, Yazid, Muawiyah bin
Yazid, Marwan, Abdul Malik bin Marwan, Yazid bin Abdul Malik, Marwan bin
Muhammad bin Marwan, As-Saffah… Sesudah ini ada lagi 27 khalifah Bani Abbas.
Jika kita perhitungkan 12 dari mereka, kita
hanya sampai pada Sulaiman. Jika kita ambil apa yang tersurat saja, kita cuma
mendapatkan 5 orang di antara mereka dan kepadanya kita tambahkan 4 ‘Khalifah
Rasyidin’, dan Umar bin Abdul Aziz….
Saya tidak paham arti hadis ini. [Ibn Arabi,
Syarh Sunan Tirmidzi, 9:68-69]
Qadi Iyad Al-Yahsubi
قال: إنّه قد ولي أكثر من هذا العدد. وقال:
وهذا اعتراض باطل لانّه صلّى الله عليه [وآله] وسلّم لم يقل: لايلي الاّ
اثنا عشرخليفة؛ وإنّما قال: يلي. وقد ولي هذا العدد، ولايضرّ كونه وُجد بعدهم
غيرهم. النوويّ: «شرح صحيح مسلم» 12: 201 ـ 202. ابن حجر العسقلانيّ: «فتح
الباري» 16: 339
Jumlah khalifah yang ada lebih dari itu.
Adalah keliru untuk membatasinya hanya sampai angka dua belas. Nabi (saw) tidak
mengatakan bahwa jumlahnya hanya dua belas dan bahwa tidak ada tambahan lagi.
Maka mungkin saja jumlahnya lebih banyak lagi. [Al-Nawawi, Syarh Shahih Muslim,
12:201-202; Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari, 16:339]
Jalaludin as-Suyuti
إنّ المراد وجود اثني عشر خليفة في جميع
مدّة الاسلام إلي يوم القيامه يعملون بالحقّ وإن لم تتوال أيّامهم…وعلى
هذا فقد وُجد من الاثني عشر خليفة الخلفاء الاربعة، والحسن، ومعاوية، وابن
الزّبير، وعمر بن عبد العزيز، هؤلاء ثمانية. ويحتمل أن يُضمّ إليهم المهتدي
من العبّاسيّين، لانّه فيهم كعمر بن عبد العزيز في بني أُميّة. وكذلك
الطاهر لما اوتي من العدل، وبقي الاثنان المنتظران أحدهما المهدي لانّه من
آل بيت محمّد صلّي الله عليه [وآله] وسلّم. السّيوطي: «تاريخ الخلفاء»:
12. ابن حجر الهيثميّ: الصّواعق المحرقة: 19
Hanya ada dua belas Khalifah sampai hari
kiamat. Dan mereka akan terus melangkah dalam kebenaran, meski mungkin
kedatangan mereka tidak secara berurutan. Kita lihat bahwa dari yang dua belas
itu, 4 adalah Khalifah Rasyidin, lalu Hasan, lalu Muawiyah, lalu Ibnu Zubair,
dan akhirnya Umar bin Abdul Aziz. Semua ada 8. Masih sisa 4 lagi. Mungkin
Mahdi, Bani Abbasiyah bisa dimasukkan ke dalamnya sebab dia seorang Bani
Abbasiyah seperti Umar bin Abdul Aziz yang (berasal dari) Bani Umayyah. Dan
Tahir Abbasi juga bisa dimasukkan sebab dia pemimpin yang adil. Jadi, masih dua
lagi. Salah satu di antaranya adalah Mahdi, sebab ia berasal dari Ahlul Bait
Nabi (as).” [Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Halaman 12; Ibn Hajar al-Haytami,
Al-Sawa'iq al-Muhriqa Halaman 19]
Ibn Hajar al-’Asqalani
لم ألق أحدًا يقطع في هذا الحديث، يعني
بشيء معيّن؛ فانّ في وجودهم في عصر واحد يوجد عين الافتراق، فلايصحّ أن
يكون المراد. ابن حجر العسقلانيّ، «فتح الباري» 16: 338 ـ 341
Tidak seorang pun mengerti tentang hadis dari
Sahih Bukhari ini.
Adalah tidak benar untuk mengatakan bahwa
Imam-imam itu akan hadir sekaligus pada satu saat bersamaan. [Ibn Hajar
al-'Asqalani, Fath al-Bari 16:338-341]
Ibn al-Jawzi
وأوّل بني أُميّة يزيد بن معاوية، وآخرهم
مروان الحمار. وعدّتهم ثلاثة عشر. ولايعدّ عثمان، و معاوية، ولا ابن الزّبير
لكونهم صحابة. فإذا أسقطناهم منهم مروان بن الحكم للاختلاف في صحبته، أو
لانّه كان متغلّبًا بعد أن اجتمع النّاسعلى عبد الله بن الزّبير صحّت
العدّة…وعند خروج الخلافة من بني أُميّة وقعت الفتن العظيمة والملاحم
الكثيرة حتّى استقرّت دولة بني العبّاس، فتغيّرت الاحوال عمّا كانت عليه
تغيّرًا بيّنًا. ابن الجوزيّ ، «كشف المشكل» ، نقلاً عن ابن حجر العسقلانيّ
في «فتح الباري» 16: 340، عن سبط ابن الجوزيّ.
Khalifah pertama Bani Umayyah adalah Yazid
bin Muawiyah dan yang terakhir adalah Marwan Al-Himar. Total jumlahnya tiga
belas. Usman, Muawiyah dan Ibnu Zubair tidak termasuk karena mereka tergolong
Sahabat Nabi (s). Jika kita kecualikan (keluarkan) Marwan bin Hakam karena
adanya kontroversi tentang statusnya sebagai Sahabat atau karena ia berkuasa
padahal Abdullah bin Zubair memperoleh dukungan masyarakat, maka kita
mendapatkan angka Dua Belas.… Ketika kekhalifahan muncul dari Bani Umayyah,
terjadilah kekacauan yang besar sampai kukuhnya (kekuasaan) Bani Abbasiyah.
Bagaimana pun, kondisi awal telah berubah total. [Ibn al-Jawzi, Kashf
al-Mushkil, sebagaimana dikutip dalam Ibn Hajar al-'Asqalani, Fath al-Bari
16:340 dari Sibt Ibn al-Jawzi]
Al-Nawawi
ويُحتمل أن المراد [بالائمّة الاثني عشر]
مَنْ يُعَزُّ الإسلام في زمنه ويجتمع المسلمون عليه.
النوويّ، «شرح صحيح مسلم» 12: 202 ـ 203
Ia bisa saja berarti bahwa kedua belas Imam
berada dalam masa (periode) kejayaan Islam. Yakni ketika Islam (akan) menjadi
dominan sebagai agama. Para Khalifah ini, dalam masa kekuasaan mereka, akan
menyebabkan agama menjadi mulia.[Al-Nawawi, Sharh Sahih Muslim ,12:202-203]
Al-Bayhaqi
وقد وُجد هذا العدد (اثنا عشر) بالصفة
المذكورة إلي وقت الوليد بن يزيد بن عبد الملك. ثمّ وقع الهرج والفتنة العظيمة…ثمّ
ظهر ملك العبّاسيّة…وإنّما يزيدون على العدد المذكور في الخبر إذا تركت الصفة
المذكورة فيه، أو عُدَّ منهم من كان بعد الهرج المذكور فيه.
ابن كثير: «البداية والنّهاية» 6: 249؛
السّيوطيّ، «تاريخ الخلفاء»:11
Angka (dua belas) ini dihitung hingga periode
Walid bin Abdul Malik. Sesudah ini, muncul kerusakan dan kekacauan. Lalu datang
masa dinasti Abbasiyah. Laporan ini telah meningkatkan jumlah Imam-imam. Jika
kita abaikan karakteristik mereka yang datang sesudah masa kacau-balau itu,
maka angka tadi menjadi jauh lebih banyak.” [Ibn Katsir, Ta'rikh, 6:249;
Al-Suyuti, Tarikh al-KhulafaHalaman 11]
Ibn Katsir
فهذا الّذي سلكه البيهقيّ، وقد وافقه عليه
جماعة من أنّ المراد بالخلفاء الاثني عشر المذكورين في هذا الحديث هم المتتابعون
إلي زمن الوليد بن يزيد بن عبد الملك الفاسق الّذي قدّمنا الحديث فيه
بالذّمّ والوعيد، فانّه مسلك فيه نظر…فان اعتبرنا ولاية ابن الزبير قبل
عبد الملك صاروا ستّة عشر، وعلى كلّ تقدير فهم اثنا عشر قبل عمر بن عبد
العزيز. فهذا الّذي سلكه على هذا التّقدير يدخل في الاثني عشر يزيد بن
معاوية، و يخرج منهم عمر بن عبد العزيز الّذي أطبق الائمّة على شكره وعلى
مدحه، وعدوّه من الخلفاء الرّاشدين، وأجمع الناس قاطبة على عدله. ابن
كثير، «البداية والنّهاية» 6: 249 ـ 250
Barang siapa mengikuti Bayhaqi dan setuju
dengan pernyataannya bahwa kata ‘Jama’ah’ berarti Khalifah-khalifah yang datang
secara tidak berurutan hingga masa Walid bin Yazid bin Abdul Malik yang jahat
dan sesat itu, maka berarti ia (orang itu) setuju dengan hadis yang kami kritik
dan mengecualikan tokoh-tokoh tadi.
Dan jika kita menerima Kekhalifahan Ibnu
Zubair sebelum Abdul Malik, jumlahnya menjadi enam belas. Padahal jumlah
seluruhnya seharusnya dua belas sebelum Umar bin Abdul Aziz. Dalam perhitungan
ini, Yazid bin Muawiyah termasuk di dalamnya sementara Umar bin Abdul Aziz
tidak dimasukkan. Meski demikian, sudah menjadi pendapat umum bahwa para ulama
menerima Umar bin Abdul Aziz sebagai seorang Khalifah yang jujur dan adil. [Ibn
Katsir, Ta'rikh, 6:249-250]
MEREKA BINGUNG ?
Kita perlu pendapat seorang ulama Sunni lain
yang dapat mengklarifikasi siapa Dua Belas Penerus, Khalifah, para Amir atau
Imam-imam sebenarnya.
Al-Dzahabi mengatakan dalam Tadzkirat
al-Huffaz , jilid 4, halaman 298, dan Ibn Hajar al-’Asqalani menyatakan dalam
al-Durar al Kaminah, jilid 1, hal. 67, bahwa Shadrudin Ibrahim bin Muhammad bin
al-Hamawayh al-Juwaini al-Syafi’i adalah seorang ahli Hadis yang mumpuni.
Lebih lengkap tentang Al-Juwaini, silahkan
rujuk catatan Al-Muhadits Al-Juwaini Asy-Syafi’i (ra) dan Hadis Tentang
Sayyidah Fathimah sa“
BAGIAN III
Al-Juwayni Asy-Syafi’i :
عن عبد الله بنعبّاس رضي الله عنه، عن
النّبيّ صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنا سيّد المُرسَلين، وعليّ
بن أبي طالب سيّدالوصيّين، وأنّ أوصيائي بعدي اثنا عشر، أوّلهم عليّ بن
أبي طالب، وآخرهم القائم.
dari Abdullah bin Abbas (ra) bahwa Nabi
(sawa) mengatakan,”Saya adalah penghulu para Nabi dan Ali bin Abi Thalib adalah
pemimpin para penerus, dan sesudah saya akan ada dua belas penerus. Yang
pertama adalah Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir adalah al-Qaim.”
عن ابن عبّاس رضي الله عنه، عن النبيّ
صلّي الله عليه [وآله] وسلّم أنّه قال: أنّ خلفائي وأوصيائيوححج الله
على الخلق بعدي لاثنا عشر، أوّلهم أخي، وآخرهم وَلَدي. قيل: يا رسول
الله، ومن أخوك؟ قال: عليّ بن أبيطالب. قيل: فمن وَلَدُكَ؟ قال: المهديّ
الّذي يملاها قسطًا وعدلاً كما مُلئت جورًا وظلمًا. والّذي بعثني بالحقّ
بشيرًا لو لم يبق من الدّنيا الاّ يوم واحد لطَوَّل الله ذلك اليوم حتّي
يخرج فيه ولدي المهدي، فينزلروح الله عيسى بن مريم فيُصلّي خلفَهُ،
وتُشرق الارض بنور ربّها، ويبلغ سلطانه المشرق والمغرب.
Dari Ibnu Abbas (r) bahwa Rasulullah (sawa)
berkata: ”Sudah pasti bahwa washi-washiku dan Bukti (hujjah) Allah bagi makhluk
sesudahku ada dua belas. Yang pertama di antara mereka adalah saudaraku dan
yang terakhir adalah anak (cucu) ku.” Orang bertanya: “Wahai Rasulullah,
siapakah saudaramu itu?”. Beliau menjawab: “Ali bin Abi Thalib.” Lalu beliau
ditanyai lagi: “ Dan siapakan anak (cucu) mu itu?” Nabi yang suci (sawa)
menjawab: ”Al-Mahdi. Dia akan mengisi bumi dengan keadilan dan persamaan ketika
ia (bumi) dipenuhi ketidakadilan dan tirani. Dan demi Yang Mengangatku sebagai
pemberi peringatan dan memberiku kabar gembira, meski seandainya masa
berputarnya dunia ini tinggal sehari saja, Allah SWT akan memperpanjang hari
itu sampai diutusnya (anakku) Mahdi, kemudian ia akan disusul Ruhullah Isa bin
Maryam (as) yang turun ke bumi dan berdoa di belakangnya (Mahdi). Dunia akan
diterangi oleh sinarnya, dan kekuatannya akan mencapai hingga ke timur dan ke
barat.”
رسول الله صلّي الله عليه [وآله] وسلّم
أنّه قال: أنا، وعليّ، والحسن، والحسين، وتسعة من ولد الحسين مطهّرون
معصومون. الجوينيّ، «فرائد السمطين» مؤسّسة المحموديّ للطّباعة والنشر،
بيروت، 1978، ص
Rasulullah (sawa) mengatakan: ”Aku dan Ali
dan Hasan dan Husain dan sembilan anak cucu Husain adalah yang disucikan (dari
dosa) dan dalam kebenaran.” [Al-Juwaini, Fara'id al-Simthain, Mu'assassat
al-Mahmudi li-Taba'ah, Beirut 1978, h. 160.]
Di antara semua mazhab Islam, hanya Syiah
Imamiyah Itsna ‘Asyariyah yang percaya pada individu-individu sebagai Dua Belas
orang dari Ahlul Bait Raulullah saww yang berhak sebagai Penerus Rasulullah
saww.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar